Lompat ke konten
Home » √ Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam

√ Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam

Daftar Isi

Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam
Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam

Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam – Dinasti Saljuk merupakan kelompok bangsa Turki yang berasal dari suku Ghuzz. Dinasti Saljuk dinisbatkan kepada nenek moyang mereka yang bernama Saljuk ibn Tuqaq (Dukak).Ia merupakan salah seorang anggota suku Ghuzz yang berada di Klinik,dan akhirnya menjadi kepala suku Ghuzz yang dihormati dan dipatuhi perintahnya[1].

Negeri asal mereka terletak di kawasan utara laut Kaspia dan laut Aral dan mereka memeluk agama Islam pada akhir abad ke 4 H/10M dan lebih kepada mazhab sunni.

Sejarah Dinasti Saljuk

Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ,raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut kaspia. Saljuk diangkat sebagai pemimpin tentara.Pengaruh Saljuk sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam.Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Saljuk,namun sebelum rencana itu terlaksana Saljuk mengetahuinya.Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak tetapi bersama dengan para pengikutnya ia berimigrasi ke daerah Jand atau disebut juga daerah muslim di wilayah Transoxiana antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Jihun[2].

Bangsa Turki Saljuk adalah pemeluk Islam yang militan.Masyarakat Turki Saljuk memeluk Islam diperkirakan jauh sebelum mereka memasuki daerah Jand,tetapi kemungkinan besar mereka memeluk agama Islam setelah terjadinya interaksi sosial dengan masyarakat Islam di Jand itu sendiri.Beberapa sarjana berkebangsaan Rusia mengatakan bahwa masyarakat Turki Saljuk memeluk Islam setelah mereka memeluk agama Kristen,dengan melihat nama anak-anak Saljuk yang memiliki kemiripan dengan nama-nama yang ada di dalam kitab Injil,yaitu Mikail,Musa,Israil,dan Yunus.Akan tetapi kemungkinan ini sulit diterima,terutama setelah melihat dan mempelajari tradisi yang ada pada mereka[3].

Perkembangan Dinasti Saljuk dibantu oleh situasi politik di wilayah Transoksania.Pada saat itu terjadi persaingan politik antara dinasti Samaniyah dengan dinasti Khaniyyah,dalam persaingan ini Saljuk cenderung untuk membantu dinasti Samaniyah[4].Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti Ghaznawiyah,Saljuk menyatakan memerdekakan diri.

Ia berhasil mengusai wilayah yang tadi dikusai oleh Samaniyyah[5].Setelah Saljuk bin Tuqaq meninggal,kepemimpinan bani Saljuk dipimpin oleh Israil ibn Saljuk yang juga dikenal dengan nama Arslan.Setelah itu diteruskan oleh Mikail,sedangkan ketika itu dinasti Ghaznawiyah dipimpin oleh Sultan Mahmud.Kareana kelicikan penguasa Ghaznawiyah,kedua pemimpin dinasti Saljuk ini ditangkap dan dibunuh sehingga mengakibatkan lemahnya kekuasaan Saljuk.

Pada periode berikutnya Saljuk dipimpin oleh Thugrul Bek.Ia berhasil mengalahkan Mahmud al-Ghaznawi,penguasa Ghaznawiyah pada tahun 429 H / 1036 M dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan,setelah keberhasilan tersebut,Thugrul memproklamirkan berdirinya dinasti Saljuk.Pada tahun 432 H/1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad.Disaat kepemimpinan Thugrul Bek inilah,pada tahun 1055 M dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan dinasti Buwaihi.[6]

Sebelumnya Thugrul berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawi, Balkh, Jurjan, Tabaristan,Khawarizm,Ray dan Isfahan[7].Pada tahun ini juga Thugrul Bek mendapat gelar dari khalifah Abbasiyah dengan Rukh al-Daulah Yamin Amir al-Muminin.Meskipun Bagdad dapat dikuasai,namun tidak dijadikan pusat pemerintahan.Thugrul Bek memilih kota Naisabur dan kemudian kota Ray sebagai pusat pemerintahan.Dinasti-dinasti ini sebelumnya memisahkan diri,setelah ditaklukkan dinasti Saljuk kembali mengakui kedudukan Bagdad.Bahkan mereka menjalin keutuhan dan keamanan Abbasiyah.

Khalifah Dinasti Saljuk

Setelah pemerintahan Thugrul Bek (455 H), Daulah Saljuk berturut-turut diperintah oleh [8]:

  1. Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M)
  2. Maliksyah (465-485 H/1072-1092 M)
  3. Mahmud al-Ghazy (485-487 H/1092-1094 M)
  4. Barkiyaruq (487-498 H/1094-1103 M)
  5. Maliksyah II (498 H)
  6. Abu Syuja’ Muhammad (498-511 H/1103-1117 M)
  7. Abu Harits Sanjar (511-522 H/1117-1128 M)

Dinasti Saljuk dalam Sejarah Peradaban Islam – Pemerintahan Saljuk ini dikenal dengan nama al-Salajiqah al-Kubra (Saljuk Raya).Pada masa pemerintahan Alp Arselan,ia mencoba melakukan konsolidasi dan ekspansi wilayah kekuatan politik Saljuk.Ia menjadikan kota Ray sebagai ibu kota kesultanan Saljuk,sebagaimana pada masa pemerintahan Thugrul Bek.[9]Alp-Arselan melakukan ekspedisi militer sampai ke pusat kebudayaan Romawi di Asia Kecil,yaitu Bizantium.Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan peristiwa Manzikart (1071 M).

Tentara Alp-Arselan berhasil mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi,Ghuz,al-Akhraj,al-Hajar,Perancis dan Armenia.Dengan dikuasainya ini maka kekuasaannya telah meluas sampai ke Asia Kecil.[10]Di samping itu Alp-Arselan juga berjaya melawan kerajaan Fathimiyah hingga ke Damsyik.[11]Maka dipandanglah Dinasti Saljuk sebagai dinasti pertama yang memperoleh kekuasaan permanen kekaisaran Romawi.Dengan kemenangan itu Ramailus Diogenus (pemimpin pasukan Byzantium) selama 50 tahun harus membayar jizyah kepada kesultanan Saljuk.

Setelah Alp Arselan meninggal kemudian tampuk kekuasaan dipegang oleh Maliksyah,ia dibantu oleh wazir Nizam al-Mulk yang sudah berhubungan dengan ayahnya ketika dia masih menjabat sebagai Gubernur Khurasan dan juga pemprakarsa berdirinya Madrasah Nizamiyah (1065 H).Pada awalnya ia menjadikan Naisabur sebagai ibukota Saljuk,tetapi kemudian memindahkannya ke Ray,ibukota yang lama.Setelah ia naik tahta,ia melakukan tiga hal: pertama,melakukan sentralisasi kekuasaan politik,kedua,menjaga wilayah yang diwariskan oleh ayah dan kakeknya,dan ketiga,memperluas wilayah politik kesultanan Saljuk ke hampir seluruh wilayah Islam.

Wilayah Daulah Saljuk

Pada masa Maliksyah wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk ini sangat luas,membentang dari Kashgor sebuah daerah di ujung daerah Turki sampai ke Yerussalem. Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian.[12]Yaitu :

  1. Saljuk Besar,yang menguasai Khurasan,Ray,Jabal,Irak,Persia dan Ahwaz.Ia merupakan induk dari yang lain.
  2. Saljuk Kirman,berada di bawah kekuasaan keluarga Qowurt Bek ibn Dawud ibn Mikail,ibn Saljuk.
  3. Saljuk Irak dan Kurdistan,Pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud.
  4. Saljuk Siria,diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn Saljuk.
  5. Saljuk Rum,diperintah oleh keluarga Quthlumish ibn Israil ibn Saljuk.

Di samping membagi wilayah menjadi lima bagian,yang dipimpin oleh gubernur yang bergelar Syaikh,penguasa Saljuk juga mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih.cJabatan ini membawahi beberapa departemen.Keberhasilan Bani Saljuq dalam mempertahankan kekuasaannya,tak lepas dari para wazir (menteri) yang senantiasa loyal dan patuh terhadap sultan serta kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan. Diantara mereka yang telah berjasa dalam membangun dan mempertahankan dinasti Bani saljuq adalah:

Tokoh-Tokoh yang berjasa dalam Dinasti Saljuk

  1. Abu Nasr Muhammad bin Manshur al-Kundari,wazir pada masa Sultan Tughrul Bek dan Alp Arselan.
  2. Tajuddin Abu al-Ghanayim,wazir pada masa Sultan Sanjar.
  3. Ali bin al-Hasan al-Tughra,wazir pada masa Sultan Sanjar.
  4. Sa’ad bin Ali bin Isa,wazir pada masa Sultan Mahmud.
  5. Al-Ustadz al-Tughra’i,wazir pada masa Sultan Mas’ud bin Muhammad
    di Irak.
  6. Nizam al-Mulk,wazir pada masa Sultan Malik Syah

Setelah Maliksyah dan juga Nizam al-Mulk wafat,pemerintahan Saljuk mengalami kemunduran.Dinasti Saljuk dilanda konflik internal,perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga timbul.Dan akhirnya wilayah kekuasaan dibagi-bagi menjadi kesultanan-kesultanan.[13]Setiap propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat.Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga melemahkan pemerintahan Saljuk.Kelemahan Saljuk diperparah dengan adanya gerakan Dinasti Khawarizm yang berusaha merebut Daulat Abasiah dari tangan Saljuk.[14]

Perkembangan Pengetahuan Pada Masa Dinasti Saljuk

Ilmu pengetahuan mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Maliksyah bersama perdana menterinya Nizam al-Mulk.Nizam al-Mulk inilah yang memprakarsai berdirinya Madrasah (Universitas) Nizamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad.Nizam al-Mulk ini adalah seorang yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu,seperti ilmu agama,pemerintahan dan ilmu pasti.

Pada masa Maliksyah inilah lahir ilmuan-ilmuan muslim seperti Abu Hamid al-Ghazali dalam bidang theology, Farid al-Din al-Aththar dan Umar Kayam dalam bidang sastra dan matematika.[15]

Pendirian Madrasah Nizamiyah

Madrasah Nizamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-459 H/1065-1067 M (abad VI) oleh Nizam al-Mulk dari dinasti Saljuk.Nizam al-Mulk adalah pelopor berdirinya Madrasah Nizamiyah dan juga madrasah-madrasah yang lain di bawah kekuasaan Dinasti Saljuk.Madrasah Nizamiyah di Baghdad merupakan madrasah yang pertama kali didirikan oleh Nizam al-Mulk pada bulan Dzulhijjah tahun 457 H yang diarsiteki oleh Abu Said al-Shafi.[16]

Madrasah Nizamiyah di Bagdad adalah madrasah yang paling terpenting dan terkenal di antara madrasah-madrasah lainnya (selain madrasah di Balkh,Naisabur,Jarat,Ashfahan, Basrah,Marw,Mausul,dan lain-lainnya). Madrasah-madrasah itu dapat di samakan dengan fakultas-fakultas atau perguruan tinggi masa sekarang,mengingat gurunya adalah ulama besar yang termashur.[17]

Madrasah Nizamiyyah didirikan dengan tujuan :Pertama, menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi pemikiran Syiah. Kedua, menyediakan guru-guru Sunni yang cukup untuk mengajarkan mazhab Sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain. Ketiga, Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintah,memimpin kantornya,khususnya di bidang peradilan dan manajemennya.

Madrasah Nizamiyah merupakan lembaga pendidikan resmi dan pemerintah terlibat dalam menetapkan tujuan-tujuannya,menggariskan kurikulum, memilih guru,dan memberikan dana yang teratur kepada madrasah[18].Motif didirikannya madrasah ini karena dua hal,pertama motif politik.Dengan adanya madrasah ini,dinasti Saljuq bisa mengontrol semua daerah dengan mudah,karena sistem yang dipakai Nizhamiyyah adalah sentralistik dari pusat ke daerah atau dari atas ke bawah.

Motif kedua adalah agama (ideologi).Bahwa Dinasti Buwaihi yang menganut Syi’ah serta sisa-sisa aliran Mu’tazilah telah ada sebelum Bani saljuq berdiri,pendirian madrasah Nizhamiyyah juga karena motif untuk menyebarkan aliran Sunni dan juga untuk melawan Syi’ah.

Madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk di Bagdad dan madrasah-madrasah lainnya dibawah kekuasaan bani Saljuk sudah mempunyai sistem manajemen yang cukup baik.Dengan sistem sentralistik,semua kurikulum,metode pembelajaran,sistem belajar,pengangkatan guru dan semua keperluan madrasah diatur oleh Pusat.Para pelajar Madrasah Nizhamiyyah diberikan berbagai fasilitas dan kemudahan,terlebih bagi mereka yang berprestasi.Aliran beasiswa sangat besar dari pemerintah siap menjamin kesejahteraannya.

Diantara fasilitas yang disediakan di Nizhamiyyah adalah perpustakaan yang menyediakan buku sebanyak 6000 judul Para guru (Syekh)pun mendapat perhatian khusus.Di Madrasah Nizamiyah ini muncul sejumlah ulama besar,di antaranya :[19]Imam al-Haramain al-Juwaini,Imam al-Ghazali,Imam Fakhr al-razi (ahli tafsir),Zamakhsyari,dan juga Imam al-Qusyairi.Dalam bidang ilmu eksaskta,muncul sejumlah ulama.Di antara mereka adalah Umar ibn Khayam (ahli astronomi dan ilmu pasti),Ali Yahya al-Haslah (ahli ilmu kedokteran),Abu Hasan al-Mukhtar (ahli ilmu kedokteran),Muhammad Ali al-Samarqandi (ahli ilmu kedokteran).

Pengaruh Madrasah Nizamiyah

Madrasah Nizamiyah telah banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat,baik bidang politik,ekonomi maupun bidang sosial keagamaan.Nizam al-Mulk sebagai pejabat pemerintah memiliki andil besar dalam pendirian dan penyebaran madrasah,kedudukan dan kepentingannya dalam pemerintah merupakan sesuatu yang sangat menentukan.Dalam batas ini madrasah merupakan kebijakan religio-politik penguasa.

Dalam bidang ekonomi madrasah Nizhamiyah memang dimaksudkan untuk mempersiapkan pegawai pemerintah,khususnya dilapangan hukum dan adminstrasi di samping lembaga untuk mengajarkan syari’ah dalam rangka mengembangkan ajaran sunni.Madrasah Nizamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan,hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

  1. Ajaran yang diberikan di Madrasah Nizamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan ajaran yang dianut oleh sebagian besar masyarakat pada saat itu.
  2. Madarasah Nizamiyah diajar oleh ulama yang terkemuka.
  3. Madrasah ini memfokuskan pada ajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat umumnya dalam rangka hidup dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran dan kehidupan mereka.

Jatuhnya Bagdad

Kehancuran Daulah Abbasiyah sudah terlihat pada masa-masa awal.Ada beberapa faktor yang melatar belakangi kehancuran Daulah Abbasiyah yaitu faktor internal seperti perebutan kekuasaan,munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri,kemerosotan dalam bidang ekonomi serta munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme keagamaan.Di samping faktor internal tersebut,faktor eksternal juga tidak kalah penting dalam mewujudkan kehancuran Daulah Abbasiyah seperti perang salib dan serangan dari tentara Mongol yang meluluhlantakkan Baghdad.

Sebagai awal penghancuran Baghdad dan Khilafah Islam,orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah Khurasan dan Persia dan juga menguasai Asia kecil.Pada bulan September 1257 M,Hulaku mengirimkan ultimatum kepada khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan.Tetapi khalifah tetap enggan memberikan jawaban.

Maka pada Januari 1258 M,pasukan Hulaku bergerak untuk menghancurkan tembok ibukota.Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim langsung menyerah dan berangkat ke base camp pasukan mongolia.Setelah itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian mereka semua dibunuh.Hulaku mengizinkan pasukannya untuk melakukan apa saja di Bagdad.Mereka menghancurkan kota,dan membakarnya.Pembunuhan berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban sekitar dua juta orang.

Perlu juga disebutkan disini peran busuk yang dimainkan oleh seorang Syi’i Rafidhah yaitu Ibn al-Qami,menteri al-Mu’tashim,yang bekerjasama dengan orang-orang Mongolia dan membantu pekerjaan-pekerjaan mereka.[20]Dia merupakan orang kepercayaan khalifah,tapi sayang kepercayaan itu disalahgunakan.Dia berniat ingin menggusur Abbasiah dari pentas kekuasaan dan mendirikan negara Syiah.Niat ini timbul karena adanya konflik fanatisme bermazhab antara kaum sunni kota Bashrah dengan penduduk Kurkhi yang menganut Syiah Rofidhah.

Atas peristiwa ini khalifah dan seluruh umat Islam harus menderita dan tercabik-cabik harga dirinya.Petaka ini adalah awal kemunduran peradaban umat Islam setelah mengalami masa keemasan berabad-abad.Pada hari itu dengan segala keganasan pasukan Tatar yang jumlahnya berlipat-lipat dibandingkan pasukan muslim tak tertahankan lagi menerobos kota Bagdad.

Ratusan ribu jiwa,laki-laki,perempuan,anak-anak,orang tua habis dibunuh.Atas perintah Hulaku,ratusan ribu manuskrip buku karya ulama Islam yang tersimpan rapi di rak perpustakaan-perpustakaan dibuang ke sungai Dajlah.Manuskrip-manuskrip yang merupakan akumulasi peradaban Islam-Arab terdahulu hilang tanpa ampun.Kelompok keilmuan,universitas,masjid-masjid tak ada lagi,hilang ditelan bumi.Bagdad pun menjadi kota mati.

Dengan jatuhnya Baghdad ke tangan tentara Mongol maka kondisi tersebut dianggap sebagai akhir kekuasaan Daulah Abbasiyah.

situs: www.rangkumanmakalah.com

DAFTAR PUSTAKA

Al-Futuh,Abd al-Majid, Tarikh al-Siyasi wa al-Fikri, (Al- Mansur: Mathabi’ al-Wafa,1988).

Al-Usairy,Ahmad, al-Tarikh al-Islami, Terj.Samson rahman, (Jakarta: Akbar,2003).

Yatim,Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1997).

Boswort,C.E, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung: Mizan,1980).

Mubarak,Jaih, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,2004).

Mahayudin, Sejarah Islam, (Kuala Lumpur: Fajar Bakti,1993).

Yunus,Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.Hidakarya Agung,1990).

Nizar,Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Pranada Media).

Mughni,Syafiq A., Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997).

[1] Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) 13

[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1998) 73

[3] Mughni, Sejarah Kebudayaan 14

[4] Ibid, 14

[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban 73

[6] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Hidakarya Agung,1990) 85

[7] Mughni, Sejarah 15

[8] C.E.Boswort, Dinasti-Dinasti Islam (Bandung: Mizan,1980) 141

[9] Mughni, Sejarah 19

[10] Badri Yatim, Sejarah Peradaban 74

[11] Mahayudin Dkk, Sejarah Islam (Kuala Lumpur: Fajar Bakti,1993) 310

[12] Badri Yatim, Sejarah Peradaban 75

[13] Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,2004) 98

[14] Ibid, 98

[15] Badri Yatim, Sejarah Peradaban 76

[16] Abd al-Majid al-Futuh, Tarikh al-Siyasi wa al-Fikri (Al-Mansur: Mathabi’ al-Wafa,1988) 186

[17] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Pranada Media) 159

[18] Abd al-Majid, Tarikh 176

[19] Mubarak, Sejarah 96

[20] Ahmad al-Usairy, al-Tarikh al-islami, Terj. Samson Rahman, (Jakarta: Akbar,2003) 259


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *