Lompat ke konten
Home » √ Kehidupan Intelektual di Basrah dan Irak Peninggalan Bani Umaiyah

√ Kehidupan Intelektual di Basrah dan Irak Peninggalan Bani Umaiyah

Daftar Isi

Dalam belajar sejarah islam ini saya akan menjelaskan tentang kehidupan intelektual di basrah dan irak peninggalan bani umaiyah dan merupakan kelanjutan dari tulisan selanjutnya yang berjudul kemajuan dunia intelektual di syanyol. Selama masa pemerintahan Bani Umayyah perkembangan intektual terpusat di dua dua kota yaitu Irak dan Basrah, yang kemudian berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual di dunia Islam.
Kehidupan Intelektual di Basrah dan Irak Peninggalan Bani Umaiyah
Kehidupan Intelektual di Basrah dan Irak Peninggalan Bani Umiyah

Kehidupan Intelektual di Basrah dan Irak Peninggalan Bani Umaiyah

Irak Pada Awalnya merupakan kantong-kantong Militer yang dibangun pada masa kekhalifahan Umar pada 17H/638M. Sedangkan Kufah adalah bekas ibukota Babilonia Kuno, dan dalam beberapa tradisi diwarisi oleh masyarakat sekitar. Yaitu penduduk hirah, yang menjadi ibukota kerajaan Lakhmi, karena lokasinya yang sangat strategis, serta diuntungkan dengan kegiatan perdagangan dan Migrasi, sehingga kota tetangganya menjadi kota yang kaya dan padat, dengan jumlah penduduk yang kaya pula.[1]
Sedangkan Basrah menjadi pusat pemerintahan Khurasan semasa Dinasti Umayyah, diriwayatkan berpenduduk 300 ribu dengan 120 Ribu kanal pada 50H/670M. Di perbatasan Persia ini Tata bahasa Arab dimulai oleh para Muallaf. Motif awalnya adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan bahasa para pemeluk Islam baru yang ingin mempelajari Al_Qur’an, menduduki posisi di pemerintahan, dan bisa berinteraksi dengan orang Islam dari Arab. Selain alasan tersebut, juga karena perbedaan antara bahasa klasik Al_Qur’an dengan bahsa percakapan sehari-hari yang telah bercampur dengan bahasa Suriah, persia dan bahasa serta dialek lain menjadi pemicu munculnya minat pengkajian bahasa.[2]
Sehingga munculah tokoh perintis ilmu tata bahasa Arab yang bernama Abu al_Aswad al_Du’ali(W.688), dari Baghdad. Beliau memberikan landasan tata Bahasa Arab tiga pola bentukan kata benda, kata kerja dan imbuhan. Dalam masa ini tata bahasa arab berjalan sangat lambat, hal itu dikarenakan adanya pengaruh logika Yunani.
Kepeloporan Abu al_Aswad al_Du’ali> kemudian diikuti oleh al_Khalil ibn Ahmad(w.786), seorang ulama’ Basrah Lainnya. Beliau adalah orang yang pertamakali menyusun kamus bahasa Arab yang bernama Kitab al_Ayn, yang kemudian para penulis biografi menisbahkan penemuan struktur dan aturan bahasa Arab. Yang kemudian beliau memiliki Murid yang bernama Sibawayh(W.793), yang kemudian beliau menyusun buku teks sistematis pertama tentang tata bahasa Arab, yang dikenal dengan sebutan al_Kitab (buku), yang sejak saat itu telah menjadi landasan bagi kajian penting bahasa.
Pada perkembangan intelektual berikutnya, adalah lahirnya kajian al_Qur’andan penafsirannya, yang kemudian melahirkan ilmu kembar Yaitu, Filologi dan Leksikografi, juga aktifitas literatus islam yang khas islam, yaitu Ilmu Hadist. Salah satu tokoh yang muncul adalah Hasan al Basri dan Ibn Syihab al_Zuhri> (w.742)
Aktifitas keilmuan yang lain yang bisa dikatakan embrio bagi lahirnya gerakan inteletual Islam adalah gerakan penulisan sejarah. Kajian Historiografi Arab, yang tumbuh pada masa ini adalah dimulai dari kajian hadist. Ilmu sejarah dipelajari adalah atas keinginan para khalifah terdahulu untuk mengetahui tindakan para raja dan penguasa sebelum mereka. Minat orang Islam untuk mengumpulkan kisah tentang Nabi dan para sahabatnya.
Yang kemudian menjadi landasan bagi penulisan buku-buku tentang penaklukan(maghazi) dan biografi (Sirah). Tokoh-tokoh yang mempepeloporinya adalah Abid (ubayd) ibn Syaryah. Untuk keluarga kerajaan Abidmenyusun sejumlah buku dalam bidang yang ia geluti, yang salah stunya Kitab al_muluk wa akhbar al_madin (tentang sejarah para raja dan sejarah bangsa-bangsa terdahulu). pakar lain yang merupakan pakar ilmu Asal-usul (ilmu al_Awa’il) adalah Wahab al_munabbi. (w728). Penulis yang lainnya adalah Ka’b al_Ahbar(w.654)[3]

Kehidupan Intelektual di Basrah

Adapun kehidupan intelektual di basrah dan irak peninggalan bani umaiyah didefinisikan menjadi dua yaitu:

1. al-A>daabul Hadi>sah(ilmu-ilmu baru), yang terpecah menjadi dua bagian:
a. al_Ulumul Islamiyah, yaitu ilmu-ilmu al_Qur’an, al_Hadist, al_Fiqh, al_Ulumul Lisaniyah, al_Tarikhdan al_Jughrafi.
b. al_Ulum al_Dakhiliyah, yaitu ilmu-ilmu yang diperlukan oleh kemajuan Islam, seperti ilmu thib, fisafat, ilmu pasti dan ilmu-ilmu eksakta lainnya yang disalin dari bahasa Persia dan Romawi.
2. Al_A>daabul Qadi>mah (ilmu-ilmu lama), yaitu ilmu-ilmu yang telah ada di zaman Jahiliah dan di zaman khalafaur rasyidin, seperti ilmu-ilmu lughah, syair, khatabah dan amsa>al.
Pada permulaan masa Daulah Bani Umayyah orang Muslim membutuhkan hukum dan undang-undang, yang bersumber pada al_Qur’an. Oleh karena itu mereka mempunyai minat yang besar terhadap tafsir al_Qur’an. Ahli tafsir pertama dan termashur pada masa tersebut adalah Ibnu Abbas. Beliau menafsirkan al_Qur’an dengan riwayat dan isnaad.[4]

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Daulah Umayyah

Ilmu pengetahuan yang berkembang di zaman Daulah Umayyah dapat secara sistematis dibagi sebagaimana berikut :
a. al_Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir al_Qur’andan sebagainya.
b. al_Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan al_Qur’an, menafsirkan dan memahaminya.
c. Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat hidup pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain.
d. Ilma al_Qira>at, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al_Qur’an . Pada masa ini termasyhurlah tujuh macam bacaan Al_Qur’an yang terkenal dengan Qiraah Sab’ah yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang dinisbahkan kepad acara membaca yang dikemukakan oleh tujuh orang ahli qiraat, yaitu Abdullah bin Kathir (w. 120 H), Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H), Abdullah bin Amir Al_Jashsahash (w. 118 H), Ali bin Hamzah Abu Hasan al Kisai(w. 189 H), Hamzah bin Habib al_Zaiyat (w. 156 H), Abu Amr bin al_Ala(w. 155 H), dan Nafi bin Na’im (169 H).
e. Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam menafsirkan Al_Qur’an . Pada masa ini muncul ahli Tafsir yang terkenal seperti Ibnu Abbas dari kalangan sahabat (w. 68 H), Mujahid (w. 104 H), dan Muhammad al_Baqir bin Ali bin Ali bin Husain dari kalangansyi’ah.
f. Ilmu Hadith, yaitu ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad al_Hadith, karena banyak Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah. Diantara Muhaddis yang terkenal pada masa ini ialah al_Zuhry(w. 123 H), Ibnu Abi Malikah (w. 123 H), al_Auza’i Abd al_Rahman bin Amr (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), dan al_Sya’by (w. 104 H).
g. Ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat didalam berbagai posisinya. Ilmu ini muncul setelah banyak bangsa-bangsa yang bukan Arab masuk Islam dan negeri-negeri mereka menjadi wilayah negara Islam. Adapun penyusun ilmu Nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang adalah Abu Aswad al_Dualy(w. 69 H). Beliau belajar dari Ali bin Abi Talib, sehingga ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Talib sebagai Bapaknya ilmu Nahwu.
h. Ilmu Bumi (al_Jughrafi>). Ilmu ini muncul oleh karena adanya kebutuhan kaum muslimin pada saat itu, yaitu untuk keperluan menunaikan ibadah Haji, menuntut ilmu dan dakwah, seseorang agar tidak tersesat di perjalanan, perlu kepada ilmu yang memebahas tentang keadaan letak wilayah. Ilmu ini pada zaman Bani Umayyah baru dalam tahap merintis.
i. al_Ulum al_Dakhilah, yaitu ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab dan disempurnakannya untuk kepentingan kebudayaan Islam. Diantara ilmu asing yang diterjemahkan itu adalah ilmu-ilmu pengobatan dan kimia. Diantara tokoh yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Khlaid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 86 H). [5]

Penutup

Sekian dari belajar sejarah islam dengan judul kehidupan intelektual di basrah dan irak peninggalan bani umaiyah, dan juga pelajari gerakan oposisi terhadap bani umaiyah. semoga bermanfaat



[1]Phillip K Hitti, History of the Arabs, Terjmah: R. Cecep lukman& Dedi Slamet (jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2013),301.

[2]Ibid, 302.
[3]Ibid, 304.
[4] (http://manajemenqalbusem.blogspot.com/2010/12/makalah-bani-umayyah-di-damaskus.html).
[5] Ahmad Nurhadi “Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Umayah” dalam http:// noerhaedi .blogspot.com/2013/02/senin-25-februari-2013-normal-0-false.html (25 Februari 2013)

Tag:

1 tanggapan pada “√ Kehidupan Intelektual di Basrah dan Irak Peninggalan Bani Umaiyah”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *