Lompat ke konten
Home » √ STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN (Kajian dari A – Z), Lengkap!

√ STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN (Kajian dari A – Z), Lengkap!

Daftar Isi

STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN
STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN

www.rangkumanmakalah.com

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tau manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusai untuk memahami obyek yang dihadapinya, hasil usaha manusai untuk memahami obyek tertentu. Ilmu pengetahuan di mabil dari bahasa ingris science yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.

The Ling Gie memberikan ilmu adalah rangkaian aktivitas mencari penjelasan secara rasional, empiris mengenai dunia ini berbagai seginya, dan keseluruan pengetahuan sitematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.

B. Struktur Ilmu Pengetahuan

struktur ilmu pengetahuan ini Terdapat suatu anggota yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode induktif-empiris dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Memang terdapat beberapa alasan untuk mendukung penilaian yang populer ini karena ilmuwan mengumpulkan fakta-fakta tertentu, melakukan pengamatan dan mempergunakan data indrawi. Walaupun begitu analisis yang mendalam terhadap metode keilmuwan menyatakan kenyataan bahwa apa yang dilakukan ilmuwan dalam usahanya mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai kombinasi antara prosedur empiris dan rasional. Epistimologi keilmuan adalah rumit dan penuh dengan kontrofersi.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode keilmuwan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan. Suatu rangkaian prosedur tertentu harus diikuti untuk mendapatkan jawaban tertentu dari pertanyan tertentu pula. Mungkin epistimologi dari ilmu pengetahuan akan lebih mudah dibicarakan jika kita mengarahkan perhatian kita kepada sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir sekaligus menjadi unsur-unsur dalam ilmu pengetahuan yang diatur dalam urutan tertentu. Kerangkah dasar prosedur dalam struktur ilmu pengetahuan ini dapat diurutkan dalam 8 rangkah:

a) Metode ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.

Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam memplajari peraturan-peraturan dalam metode trsebut. Jadi metodlogi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam apa yang dinamakan epistimologi. Epistimologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapat kan pengetahuan. Apakah sumber-sumber pengetahuan ?, apa hakikat pengetahuan apakah manusia di mungkinkan mendapatkan pengetahuan ?, sampai tahapan manakah pengetahuan yang mungkin ditangkap manusia ?

Seperti diketahui berfikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran, dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh ilmu pengetahuan yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disususnya merupakan pengetahuan yangdapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam menggabungkan tubuh pengetahuannya.

Secara garis besar metode ilmiah dibagi menjadi 2 :

Metode ilmiah yang bersifat umum

Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi dua, yaitu metode analitiko-sintesis dan metode nondeduksi. Metode analitiko-sintesis merupaka gabungan dari metode analisi dan metode sintesis. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi.

Metode penyelidikan ilmiah

Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur/ metode siklus empiris dan metode vertikal atau yang berbentuk garis lempeng atau metode linier.

Yang dinamakan metode siklus-empiris adalah suatu cara penanganan terhadapsuatu obyek ilmiah tertentu biasanya bersifat empiris-kealamaan dan penerapanya terjadi ditempat yang tertutup, misalna seperti di dalam laboratorium.

Metode vertikal atau berbentuk garis tegak lurus atau metode linier atau berbentuk garis lempeng digunakan dalam penyelidikan yang pada umumnya mempunyai objek materialnya hal-hal yang pada dasarnya bersifat kejiwaan, yaitu lazimnya berupa atau terjelma dalam tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Penerapan metode seperti ini apabila dikatakan mengambil bentuk-bentuk garis tegak lurus berarti suatu proses yang bertahap dan apabila dikatakan mengambil bentuk garis lempeng berarati proses yang bersifat setapak demi setapak.

Penerapan metode ini diawali dengan pengumpulan bahan penyelidikan secukupnya, kemudian bahan itu dikelompokkan menurut satu pola atau satu bagian tertentu. Dalam babak terakhir kita menarik kesimpulan yang umum berdasarkan atas pengelompokan bahan semacam itu dan apabila di pandang perlu kita dapat pula mengadakan peramalan atau prediksi yang menyangkut obyek penyelidikan yang bersangkutan. Penyelidikan semacam ini biasanya dilakukan di alam bebas atau dialam terbuka, yaitu kelompok manusia tertentu.

b) Teori

Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut. Teori merupakan suatu absraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan sesuatu penjelasan rasional yang bersesuaian dngan obyek yang dijelaskannya.

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sebenarna tujuan akhir dari setiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan kosisten, namun hal ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan saja seperti umpamanuya fisika. Bila dalam fisika saja keadaannya sudah seperti ini maka dapat dibayangkan bagaimana situasi perkembangan penjelasan teoritis pada disiplin-disiplin keilmuan dalam bidang sosial. Ilmu sosial pada kenyataanyaterdiri berbagai teori yang tergabung dalam suatu disiplin keilmuan satu sama lain belum membentuk suatu perspektif teoritis yang bersifat umum.

Suatu teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakiatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan variabel atau llebih dallam satu kaitan sebab akibat yang mencakup hubungan sebab akibat ini, atau dengan perkataan lain hubungan kasualitas, memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang terjadi sebagai akibat dari sebuah sebab. Secara mudah maka dapat kita katakan bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang “mengapa” suatu gejala-gejala terjadi. Sedsngkan hukum memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkan tentang “apa” yang mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah yang berbentuk teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara idealnya, harus bersifat universal.

c) Hipotesis

Fakta tidak berbicara untuk diri mereka sendiri. Dalam dunia yang telaah ilmu, sekelompok molekul atau sel tidak meloncat-loncat, melambaikan tangan, bersuit-suit, dan mengatakan. “hai, lihat saya! Disini! Saya adalah batu,atau pohon, atau kuda.” Apanya suatu benda yang tergantung kepada merek yang diberikan pada manusia kepada benda tersebut. Kenyataan ini membawah kita kepada segi yang paling sulit dari metodologi keilmuan yakni peranan dari hipotesis.

Hipotesis adalah pernyatan sementara tentang hubungan antara variabel. Hubungan hipotesis ini diajuhkan dalam bentuk dugaan kerja atau teori, yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut. Hipotesis diajuhkan secara khas dengan dasar coba-coba. Hipotesis berfungsi untuk mengikat data sedemikian rupa sehingga hubungan yang diduga dapat kita gambarkan dan penjelasan yang mungkin dapat kta ajukan. Oleh karena itu maka sebelum teruji kebenarannyasecara empiris semua penjelasan rasional yang diajuhkan statusnya hanyalah bersifat sementara. Sekiranya menghadapi suatu masalh tersebut kita dapat memajuhkan hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dari sekian hipotesis yang diajuhkan hanya satu yang diterima berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi yakni hipotesis yang didukung oleh fakta empiris.

d) Logika

Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses bergikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid kalaw proses penarikan kesimpulan itu dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas didefinisikan sebagai ” pengkajian berfikir secara valid”.

Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tempat dahn sehat. Logika menurut The Liang Gie digolongkan menjadi 5 macam yakni:

i. Logika dalam pengertian luas dan sempit

ii. Logika deduktif dan induktif

iii. Logika formal dan material

iv. Logika murni dan terapan

V. Logika filsafati dan matematik

e) Data-Informasi

Tahapan ini merupakan suatu yang dikenal dalm metode keilmuan. Disebab oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada pengumpulan data, maka banyak orang yang menyamakan keilmuan dengan pengumpulan fakta. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Penyusunan dan klasifikasih data tahapan metode keilmuan ini menekankan kepada penyusunan kata dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelas-kelas. Dalm sebuah cabang ilmu usaha untuk mengidentifikasi, menganalisia, membadingkan, dan membedakan fakta-fakta yang tergantung kepada adanya klasifikasi yang disebut taksonomi dan ilmuan modern terus berusaha untuk menyempurnakan taksonomi untuk bidang keilmuan mereka.

f) Pembuktian

Langka selanjutnya setelah menyusun hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut dengan mengonfrontasikannya dengan dunia fisik yang nyata. Sering kali dalam hal ini kita harus melakukan perantara yakni menentukan faktor yang kita uji dalam langka melakukan verifiasi terhadap keseluruan hipotesis tersebut. Kadang-kadang kita membutuhkan instrumen yang membantu panca indra kita umpamanya teleskop atau mikroskop. Tidak jarang pula beberapa pembuktian ilmiah membutuhka alat yang rumit sekali sehingga terjadi bahwa hipotesis baru dapat dibuktikan beberapa lama setelah ditemukan alat yang dapat membantu mengumpulkan fakta yang dibutuhkan.

Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetes alternatif-alternatif hipotesis dengan pengamatan kenyatan sebenarnya. Dalam hubungan ini maka keputusan terakhir terletak pada fakta. Jika fakta satu hipotesis, maka hipotesis yang lain dipilih dan diperoses ulang.

g) Evaluasi

Evaluasi dalam hal ini adalah menarik kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses menguji hipotesis tidak terdapat fakta yang cukup mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.

Evaluasi dapat berupa penjelasan dari seluruh rangakaian metode ilmiah. Setelah ilmuan melakukan pengamatan membuat deskriptis yang menurut dia adalah relevan dengan masalahnya, dia menghadapi salah satu terpenting dari usahanya, yakni memberikan penjelasan. Penjelasan ilmu pada dasarnya adalah mejawab pertanyaan “mengapa”. Terdapat empat cara berbeda ynag digunakan dalam ilmu untuk menjawab pertanyaan ini yakni, dekduktif probabilistik, genetis, dan fungsional.

h) Pragdigma

struktur ilmu pengetahuan yang harus diketahui yang terakhir adalah terkait dengan paradigma. Secara umum pengertian pradigma adalah seperangkat kenyakinan atau dasar yang menuntut seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Guba pradigma ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa seperangkat kenakinan mendasar yang memandu tidakan-tindakan manusia dalam keseharian atau penyelidikan ilmiah. Pandangan tetntang pradigma ilmu pengetahuan berubah antar waktu. Perubahan pradigma dalam ilmu pengetahuan mencakaup seluruh aspek pradigma.

Penutup

Demikian informasi seputar struktur ilmu pengetahuan yang dapat saya sampaikan. semoga bermanfaat

* situs: www.rangkumanmakalah.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *