Daftar Isi
Pengertian Ilmu Amthal Al-Qur’an
1. Makna Etimologi
Ilmu Amthal Al-Qur’an – Secara etimologi kata mathal (مثل), mithl (مثل), mathi>l (مثيل), berarti atau sama dengan shabah (شبه), shibh (شبه), shabi>h (شبيه), baik lafaz} atau maknanya.[1]Ibnu mandhu>r mengatakan; kata mathal (مثل), mithl (مثل), mathi>l (مثيل), jama’ (أمثال), adalah sesuatu yang diserupakan dengan sesuatu yang lain atau disamakan dengannya.[2]
2. Makna Terminologi
Para ulama’ berbeda pendapat mengenai makna mathal (jama’ amtha>l). Berikut penulis kemukakan beberapa pendapat mereka:
DR al-Ra>jihi memberikan definisi sebagai berikut:
المثل عبارة عن قول في شيئ يشبه قولا في شيئ أخر بينهما متشابهة ليبين أحدهما بالأخر ويصوره.[3]
Artinya: Mathal adalah penyerupaan terhadap sesuatu yang menyerupai perkataan lain pada sesuatu lain yang antara keduanya terdapat persamaan agar salah satunya menjelaskan yang lain atau menggambarkannya.
Menurut Ima>m al-Suyu>t}i, mathal adalah “mengungkapkan sesuatu yang tersembunyi dengan yang nyata dan yang ghaib dengan yang tampak.”[4] Sedangkan Manna> al-Qat}t}a>n mempunyai definisi lain tentang mathal:
اَلْمَثَلُ فِي الْقُرْاَنِ: “إِبْرَازَ الْمَعَنِى فِي صُوْرَةِ رَائِعَةٍ مُوْحِزَةٍ لَهَا وَقُعُهَا فِى النَّفْسِ سَوَاءٌ كَانَتْ تَشْبِيَّهَا أَوْ قَوْلًا مُرْسِلًا.
Artinya: mathal di dalam al-Qur’a>n ialah mengungkapkan suatu makna dalam bentuk kalimat indah, singkat, padat, dan akurat serta terasa meresap ke dalam jiwa; baik kalimat itu dalam bentuk tashbi>h atau ungkapan bebas.[5]
Dari beberapa pendapat terkait pengertian mathal, penulis lebih condong pada pendapat yang terakhir, dengan alasan pendapat Manna> al-Qat}t}}a>n lebih jelas dan rinci daripada dua pendapat sebelumnya. Pendapat pertama dalam pandangan penulis tidak merinci amtha>l al-Qur’a>n melainkan hanya menyebut prinsip dasar saja. Sedangkan pendapat kedua padanya tidak dijelaskan, mathal itu dalam bentuk kalimat atau kata.
Sejarah dan Rukun-rukun Ilmu Amthal Al-Qur’an
Ilmu Amthal Al-Qur’an – Orang yang kali pertama mengarang Ilmu Amtha>l al-Qur’an ialah Syekh Abdurrahman Muhammad bin Husein An-Naisaburi (w 406 H) dan dilanjutkan oleh Ima>m Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Ma>wardi (w 450 H). kemudian dilanjutkan Ima>m Shamsuddi>n Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim al-Jauziyyah (w754 H).
Ima>m Jala>luddi>n As-Suyu>t}i (w 991 H) dalam bukunya al-It}qa>n juga menyediakan bab khusus yang membicarakan Ilmu Amtha>l al-Qur’a>n dengan 5 pasal di dalamnya.
Di dalam mathal seperti halnya di dalam tashbi>h, haruslah terkumpul tiga unsur sebagai berikut:
- Harus ada yang diserupakan (al-mushabbah), yaitu sesuatu yang akan diceritakan.
- Harus ada asal cerita (al-mushabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan tempat menyamakan.
- Harus ada segi pesamaannya (wajhul mushabbah), yaitu arah persamaan antara kedua hal yang disamakan tersebut.
- Partikal perumpamaan (ada>t at-tashbi>h)[6].
Jika diperhatikan beberapa Amtha>l al-Qur’a>n yang disebutkan para pengarang ulu>m al-Qur’a>n, ternyata mereka merangkum ayat-ayat al-Qur’a>n yang mempersamakan keadaan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik yang berbentuk isti’a>rah, tashbi>h, ataupun yang berbentuk majaz mursal, yang tidak ada kaitannya dengan asal cerita. Jadi, beberapa mathal di dalam al-Qur’a>n, tidak selalu ada asal ceritanya (mushabbah bih) nya,[7]tidak seperti yang terdapat pada amtha>l dari para ahli bahasa, para ahli baya>n, dan sebagainya.
Para ahli bahasa arab mensyaratkan sahnya amtha>l harus memenuhi empat syarat, sebagai berikut:[8]
a) Bentuk kalimatnya harus ringkas,
b) Isi maknanya harus mengena dengan tepat,
c) Perumpamaannya harus baik,
d) Kina>yahnya harus indah.
Macam-macam Ilmu Amthal Al-Qur’an
Ilmu Amthal Al-Qur’an – Menurut as-Suyu>t}i, amtha>l al-Qur’a>n dibagi menjadi dua, yaitu z}a>hirun musarrah}un bih dan ka>minah.[9] Sedangkan Manna>’ al-Qat}t}a>n membagi amthal di dalam al-Qura>n menjadi tiga macam, yaitu; amtha>l musarrahah, amtha>l ka>minah, dan amtha>l mursalah.[10] Ilmu Amthal Al-Qur’an
- Amtha>l Musarrahah ialah yang di dalamnya disebutkan dengan jelas lafaz} mathal atau sesuatu yang menunjukkan tashbi>h (penyerupaan). Amtha>l semacam ini dijumpai di dalam al-Qur’a>n, diantaranya amtha>l tentang orang munafik dalam Q.S. al-Baqarah: 17-20;[11]
17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat.
18. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),
19. Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah membuat dua perumpamaan (mathal) bagi orang munafik, yaitu perumpamaan orang munafik dengan api (na>r), dan air, yakni hujan dari langit.[12]
- Amtha>l Ka>minah yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz} tamthi>l (permisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Berkaitan dengan bentuk mathal seperti ini, ‘ulama memberikan beberapa contoh:
1) Ayat-ayat yang senada dengan perkataan :خير الأمور الوسط (sebaik-baik urusan adalah pertengahannya). Ayat al-Qur’a>n yang memiliki makna senada dengan pernyataan tersebut terdapat di empat tempat, berikut penulis kemukakan sebagiannya, Q.S. al-Baqarah: 68;
68. Mereka menjawab: ” mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar dia menerangkan kepada Kami; sapi betina apakah itu.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”.
Dan juga pada Q.S. al-Furqan: 67 tentang nafkah;
67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Dua ayat lainnya terdapat pada Q.S. al-Isra’: 110 tentang s}alat dan yang terakhir pada Q.S. al-Isra’: 29 tentang infaq:
110. Katakanlah: “Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”.
29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
2) Ayat-ayat yang secorak dengan perkataan:كَمَا تَدَيْنَ تُدَانُ (Sebagaimana kamu meminjam, maka sebegitulah kamu akan ditagih), maka akan didapatkan pula di dalam al-Qur’a>n perumpamaan yang seperti tersebut di atas, dalam ayat-ayat sebagai berikut:
123. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Ayat 63 surat al-Isra’:
63. Tuhan berfirman: “Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, Maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.
Ayat 41 surat an-Najm:
41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
c. Amtha>l al-mursalah yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz} tashbi>h secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai mathal, misalnya dalam Q.S. al-Baqarah: 216;
216. Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.
Terdapat pula pada Q.S. Yusuf: 51;
51. Raja Berkata (kepada wanita-wanita itu): “Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?” mereka berkata: “Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya”. Berkata isteri Al Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.
Sighat-sighat Mathal
Ilmu Amthal Al-Qur’an – Amthal al-Qur’an mempunyai beberapa sighat, berikut penulis kemukakan beberapa sighat tersebut:
- Sighat tashbi>h yang jelas (tashbi>h as}-s}a>rih}), yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, di dalamnya terungkap kata-kata mathal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surat Yunus:
24. Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya Karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak.
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafaz} “mathal” yang berarti perumpamaan.
- Sighat tashbi>h yang terselubung (tashbi>h ad}-d}imni), yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang terselubung atau yang tersembunyi, di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kata al–mathal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi artinya. Seperti dalam ayat 12 surat al-Hujurat:
12. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al–mathal (perumpamaan), tetapi arti itu jelas menerangkan perumpamaan, yaitu mengumpamakan menggunjing orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai teman sendiri.
- Sighat maja>z mursal yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan asal ceritanya. Contohnya seperti dalam ayat 73 surat al-Hajj:
73. Hai manusia, Telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.
d. Sighat maja>z murakkab yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaannya diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitannya adalah perserupaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’a>rah tamthi>liyah. Contohnya seperti melihat orang yang ragu-ragu akan pergi atau tidak, maka diucapkan:
مَالِى اَرَاكَ تَقَدَّمَ رِجْلًا وَتَأَخَّرَ أُخْرَى
Artinya: “Saya lihat kamu itu maju mundur saja”
Maksudnya dalam perumpamaan-perumpamaan seperti itu terdapat dua hal yang yang diserupakan, yaitu yang satu melangkahkan dengan kaki (maju) dan menarik kaki (mundur) dalam perumpamaan bahasa arab. Sedangkan dalam al-Qur’a>n contohnya seperti dalam ayat 5 surat al-Jumu’ah:
5. Seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.
Di sini keadaan keledai yang tidak bisa memanfaatkan buku dengan baik, padahal dia yang membawa buku yang tebal-tebal itu.
- Sighat isti’a>rah tamthi>liyah yaitu dengan bentuk perumpamaan sampiran atau lirik (perumpamaan pinjaman). Bentuk ini hampir sama dengan maja>z murakkab, karena memang merupakan asalnya.[13] Contohnya dalam al-Qur’a>n pada ayat 24 surat Yunus:
24. Seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Faedah Mathal
Ilmu Amthal Al-Qur’an – Adanya berbagai bentuk mathal di dalam kitab al-Qur’a>n membawa banyak faedah, diantaranya sebagai berikut:
a) Pengungkapan pengertian abstrak dengan bentuk konkret yang dapat ditangkap indera itu mendorong akal manusia dapat mengerti ajaran-ajaran al-Qur’a>n. Sebab, pengertian abstrak tidak mudah diresap sanubari, kecuali setelah digambarkan dengan hal-hal yang konkret sehingga mudah dicerna. Contohnya seperti dalam ayat 264 surat al-Baqarah yang menggambarkan batalnya pahala sedekah yang diserupakan dengan hilangnya debu di atas batu akibat disiram air hujan deras:
264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
b) Ilmu Amthal Al-Qur’an dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkonkretkan hal yang abstrak. Contohnya seperti dalam ayat 275 surat al-Baqarah yang mengumpamakan orang-orang makan riba yang ditipu oleh hawa nafsunya, itu diserupakan dengan orang yang sempoyongan karena kesurupan setan:
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
c) Mathal al-Qur’a>n dapat mengumpulkan makna indah yang menarik dalam ungkapan yang singkat, padat, seperti halnya dalam amtha>l al-ka>minah, amtha>l al-mursalah, dan sebagainya. Seperti dalam ayat 53 surat al-Mukminun:
53. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
d) Mendorong orang giat beramal melakukan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik dalam al-Qur’a>n. Contohnya seperti dalam ayat 261 surat al-Baqarah, yang bisa mendorong orang giat bersedekah atau memberi nafkah:
261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
e) Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam al-Qur’a>n, setelah dipahami kejelekan perbuatan tersebut. Contohnya ayat 12 surat al-Hujurat, yang bisa menghindarkan orang dari menggunjing orang lain:
12. Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Demikian ulasan singkat seputar Ilmu Amthal Al-Qur’an, semoga bermanfaat. Ilmu Amthal Al-Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’a>n dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama, 1992.
Baidan, Nashruddi>n. Wawasan Baru Ilmu Tafsi>r. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Gho>zi, Muh}ammad.“Amtha>l al-Qur’a>n Tentang Kehidupan Dunia”. Tesis Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’a>n, Jakarta, 2005.
Jala>l, Abdul. Ulu>mul Qur’a>n. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
Mandhu>r, Ibnu. Lisa>n al-Ara>b. Beirut: Da>r Ihya>’ al-Thu>ra>th al-Ara>by, 1999.
Suyu>t}i, Jala>luddi>n al. al-Itqa>n fi Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1978.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. Studi al-Qur’a>n. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Pers, 2011.
Qat}t}a>n, Manna> al. Maba>h}i>th fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Manshu>ra>t al-‘Ashr al-H}adi>th, 1973.
Qat}t}a>n, Manna> Khali>l. Studi Ilmu-Ilmu Qur’a>n. terj. Mudzakir. Jakarta: Litera Antar Nusa, 1996.
[1]Jala>luddi>n al-Suyu>t}i, al-Itqa>n fi Ulu>m al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1978), II, 167.
[2] Ibnu Mandhu>r, Lisa>n al-Arab, (Libanon), hal 611.
[3] Sebagaimana dinukil Abdul Wahab Abd Lat}i>f, dari kitab Minha>j al–Qowi>mkarya DR al-Ra>jihi, hal 55.
[4] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Studi al-Qur’a>n, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Pers, 2011), 282. Lihat lebih lanjut pada: Jala>luddi>n al-Suyu>t}i, al-It}qa>n …….., 167.
[5]Nashruddi>n Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsi>r, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 251. Lihat lebih lanjut pada: Manna> al-Qat}t}a>n, Maba>h}ith fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Manshu>ra>t al-‘Ashr al-Hadi>th), 1973, 283.
[6] Pada referensi yang penulis pakai, ada>ttashbi>h tidak termasuk didalamnya (tidak harus ada).
[7] Abdul Jala>l,Ulu>mulQur’a>n, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 314.
[8] Ibid, 314.
[9] As-Suyu>t}i, al-Itqa>n, hal 167.
[10] Al-Qat}t}a>n,Maba>hith, hal 284.
[11] Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama, 1992), hal 4. Semua kutipan ayat al-Qur’a>n pada makalah ini diambil dari Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama, 1992.
[12] Lebih jelasnya, lihat Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Studi al-Qur’a>n, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Pers, 2011), 284-285.
[13]Abdul Jala>l,Ulu>mulQur’a>n, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 320-323.
[14]MuhammadGho>zy, Tesis:Amtha>l al-Qur’a>n Tentang Kehidupan Dunia, (Jakarta: 2005) 106. Lihat lebih lanjut pada MuhammadJabir al-Fayazi, al-Amtha>l fi al-Qur’a>n al-Kari>m(the International Institue of Islamic Thought, Virginia-USA 1993 Vol-12) hal 289. Ilmu Amthal Al-Qur’an