Lompat ke konten
Home » √ Ilmu Pengetahuan dan SPEUDO SAINS (Kajian Lengkap!)

√ Ilmu Pengetahuan dan SPEUDO SAINS (Kajian Lengkap!)

Daftar Isi

Ilmu pengetahuanA. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu,’ ilman dengan wazan fai’ila, yaf’alu, fa’lan, yang berarti mengerti, memahami benar-benar seperti ungkapan علم اصموع درس الفاسفة “Asmu’I telah memahafi pelajaran filsafat”[4]

Ilmu dalam bahasa Inggris disebut Science; dari bahasa latin scientia (pengetahuan)-sciere (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme.[5]

Jadi pengertian ilmu yang terdapat dalamkamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang(Pengetahuan)[6]

The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan sesuatu metode untukmemperoleh pemahaman secara rasional empirismengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia[7]

Dari aktivitas ilmiah dengan metode ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuwan dapat dihimpun sekumpulan pengetahuan yang baru atau disempurnakan pengetahuan yang telah ada, sehingga di kalangan ilmuwan maupun para filsuf pada umumnya terdapat kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan pengetahuan yang sistematis.

Adapun menurut Bahm(dalam Koento Wibisono, 1997) definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam komponen, yaitu masalah (problem), sikap(attitude), metode(method), aktivitas(activity), kesimpulan(conclution), dan pengaruh(effects).[8]

B. Ciri-ciri ilmu pengetahuan

Disebutkan bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilakukan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Maka The Liang Gie (1987) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah itu mempunyai 5 ciri pokok:[9]

Empiris

pengetahuan itu diperoleh berdasar pengamatan dan percobaan

Sistematis

berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur

Objektif

ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kekuasaan pribadi

Analitis

pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan , dan peranan dari bagian-bagian itu.

Verifikatif

dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.

Buku “What is Science” karya Archie J. Bah mini secara umum membicarakan enam komponen dari rancang bangun ilmu pengetahuan, artinya dengan enam komponen itu, sesuatu itu bias disebut ilmu pengetahuan, yaitu:[10]

1. Adanya masalah (problem).[11]

2. Adanya sikap, dalam arti sikap ilmiah

Sikap ilmiah, menurut Bahm paling tidak, meliputi enam karakteristik pokok, yaitu: keingintahuan, spekulasi, kemauan, untuk objektif, kemauan untuk menggunakan penilaian, dan kesementaraan.

3. menggunakan metode ilmiah[12]

4. Adanya aktifitas

Ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan oleh para ilmuan, yang kemudian bisa disebut dengan “riset ilmiah”.

5. Adanya kesimpulan

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang dihasilkan.Maka ilmu pengetahuan sering dipahami sebagai kumpulan pengetahuan. Bahkan kumpulan ide-ide dalam ilmu pengetahuan itu sendiri. Kesimpulan –pemahaman yang dicapai sebagai hasil dari pemecahan masalah- adalah tujuan ilmu pengetahuan. Kesimpulan adalah ilmu yang diselesaikan, bukan ilmu sebagai prospek atau dalam proses. Kesipulan adalah segala sesuatu yang diusahakan secara ilmiah. Pentingnya kesimpulan itu adalahmembenarkan kesan umum bahwa ilmu pengetahuan terdiri dari pengetahuan yang dapat dipercaya, atau lebih tepatnya pengetahuan yang pasti.

6. Adanya pengaruh

Bagian apa yang digarap ilmu pengetahuan, kemudian menimbulkan pengaruh yang beragam, yang mana dapat dihubungkan pada dua hal, yaitu: a). Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap teknologi dan industry melalui apa yang disebut ilmu terapan. b). pengaruh ilmu terhadap –atau dalam- masyarakat dan peradaban

Adapun Daoed Joesoef (1987) menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yaitu produk, proses, dan masyarakat.

Abbas Hamami Mintaredja, (1980) bahwa persoalan keilmuan pada dasarnya masalah yang terkandung dalam ilmu adalah selalu harus merupakan suatu problema yang telah diketahuinya atau yang ingin diketahuinya, kemudian ada suatu penelaahan dan penelitian agar dapat diperoleh kejelasan tertentunya dengan mempergunakan metode yang relevan untuk mencapai kebenaran yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.

Van Melsen (1985) mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu, yaitu sebagai berikut.[13]

1.Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai sesuatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya system dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis)

2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitanya dengaan tanggung jawab ilmuwan

3. universalitas ilmu pengetahuan

4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif

5. Ilmu pengetahuan harus dapat diversifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, kaena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.

6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi

7. Kritis, artinya tidak ada teori yang definitive, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru

8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis

C. Pseudosains / Pengetahuan Semu

1. Pengertian Pseudosains

Pseudosains (Pseudoscience) adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu bidang yang menyerupai ilmu pengetahuan namun sebenarnya bukan merupakan ilmu pengetahuan. Sesuatu yang menyerupai ilmu pengetahuan ini tidak valid dan memiliki banyak kekurangan, tidak rasional dan cenderung dogmatis. Dengan kata lain ilmu-palsu. [14]

Ilmu palsu atau pseudoscience adalah jenis pengetahuan yang seperti menyerupai Ilmu pengetahuan namun sebenarnya bukan. Misalnya saja Astrologi, Astrologi berasal dari pengamatan yang panjang sehingga nampak seperti Ilmu, namun karena berbagai sifatnya yang meragukan dia dianggap Pseudoscience[15]

Ilmu semu atau pseudosains (Inggris: pseudoscience) adalah sebuah pengetahuan, metodologi, keyakinan, atau praktik yang diklaim sebagai ilmiah tapi tidak mengikuti metode ilmiah. Ilmu semu mungkin kelihatan ilmiah, tapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang dapat diuji dan seringkali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum.[16]

Pseudosains adalah konsep dan teori yang diungkapkan dengan bahasa teori ilmiah namun sebenarnya teori tersebut hanya dibuat-buat dan tidak didukung oleh langkah-langkah kajian ilmiah yang benar.[17]

Istilah pseudoscience muncul pertama kali pada tahun 1843 yang merupakan kombinasi dari akar Bahasa Yunani pseudo, yang berarti palsu atau semu, serta Bahasa Latin scientia, yang berarti pengetahuan atau bidang pengetahuan. Istilah tersebut memiliki konotasi negatif, karena dipakai untuk menunjukkan bahwa subjek yang mendapat label semacam itu digambarkan sebagai suatu yang tidak akurat atau tidak bisa dipercaya sebagai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, para pembela serta yang mempraktikkan pseudosains biasanya menolak klasifikasi ini.

2. Ciri-Ciri Pseudosains

Kadang Pseudosains juga menyangkut sesuatu yang berpura-pura sebagai ilmu pengetahuan padahal tidak. Seperti misalnya penelitian fenomena supranatural, ufo dan sejenisnya namun tidak menyuguhkan metodologi yang valid. Sebenarnya bagaimana memisahkan antara sains dan Pseudosains cukup susah. Anda bisa baca permasalahan itu dalam peroblema batas-batas. Ada para filsuf yang mencoba membuat batasan dari metodologi. Ada pula filsuf Paul Feyerabend salah satu filsuf yang menggugat pembedaan dari sains dan pseudosains.

Memang kita harus mewaspadai berkembangnya ilmu palsu. Apalagi dalam jenis yang akan mengeruk kantong uang bagi mereka yang tertipu oleh daya pikatnya. Namun mengatakan sesuatu sebagai Pseudosains dan menolaknya mentah-mentah mengandung bahaya sendiri. Itu adalah bahaya dari berjangkitnya Scientisme dan dogmatisme dalam Ilmu. Larry Laudan misalnya berpendapat bahwa istilah Pseudosains sendiri sebagai istilah politis dan sosiologis.

3. Bagaimana mengenali Pseudosains[18]

How can you recognize pseudoscience

1. Science (S) : The primary goal of science is to achieve a more complete and more unified understanding of the physical world.

Pseudosciences (P) : more likely to be driven by ideological, cultural, or commercial goals

2. S : Most scientific fields are the subjects of intense research which resul in the continual expansion of knowledge in the discipline.

P : The field has evolved very little since it was first established. The small amount of research and experimentation that is carried out is generally done more to justify the belief than to extend it.

3. S : Workers in the field commonly seek out counterexamples or finding that appear to be inconsistent with accepted theories.
P : In the pseudosciences, a challenge to accepted dogma is often considered a hostile act if not heresy, and leads to bitter disputes or even schisms.

4. S : Observations or data that are not consistent with current scientific understanding, once shown to be credible, generate intense interest among scientists and stimulate additional studies.

P : Observations or data that are not consistent with established beliefs tend to be ignored or actively suppressed

5. S : Science is a process in which each principle must be tested in the crucible of experience and remains subject to being questioned or rejected at any time.

P : The major tenets and principles of the field are often not falsifiable, and are unlikely ever to be altered or shown to be wrong.

6. S :Scientific ideas and concepts must stand or fall on their own merits,

based on existing knowledge and on evidence.

P : Pseudoscientific concepts tend to be shaped by individual egos and

personalities, almost always by individuals who are not in contact with

mainstream science. They often invoke authority (a famous name, for example) for support.

7. S : Scientific explanations must be stated in clear, unambigous terms.
P : Pseudoscientific explanations tend to be vague and ambiguous, often

invoking scientific terms in dubious contexts

Penting untuk mewaspadai agar tidak jatuh pada sisi baik yang satu atau yang lain. Baik terjebak dalam Pseudosains dan Scientisme. Sebaiknya kita menyadari bidang apa yang ada di sana dan mengerti logika dari bidang yang kita hadapi. Dengan mengerti secara mendalam kita bisa waspada dan tetap kritis namun tidak melakukan penolakan tanpa dasar. Juga perlu diingat sesuatu adalah pseudosains karena tidak sesuai dengan metode ilmiah (itu juga jika anda mempercayai adanya sebuah metode ilmiah), bukan karena dia tidak benar. Sikap terbuka dan kritis tetap penting.

4. Kapan Sains menjadi Pseudosains[19]

Pseudo-sains terjadi ketika hal-hal non-sains dicoba untuk dinyatakan sebagai sains ketika terjadi masalah atau keraguan. Pseudo-sains muncul ketika ada yang mengklaim bahwa telah dibuktikan secara ilmiah, Padahal sebenarnya tidak. Keyakinan dan kepercayaan kadang-kadang menjadi pseudo-sains ketika ada orang yang berusaha mempopulerkan suatu keyakinan atau kepercayaan sebagai sesuatu fakta yang sudah terbukti secar ailmiah.

Argumentasi seperti ini seringkali muncul ketika sains belum dapat menemukan jawabannya, kemudian diambil kesimpulan bahwa satu-satunya jawabannya adalah Tuhan. Terlepas dari masalah keyakinan dan kepercayaan tersebut, masih banyak hal-hal termasuk dalam pseudo-sains, seperti adanya UFO dan hantu, yang sampai saat ini belum terdapat bukti kuat secara ilmiah.

Yang sangat merepotkan adalah jika ada pihak-pihak yang menggunakan pendekatan pseudo-sains untuk kepentingan tertentu, termasuk komersial, politik, dan keamanan. Belakangan ini kita banyak dihadapkan pada klaim-klaim pihak tertentu yang mampu menghasilkan produk-produk unggul yang dapat memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi, seperti bahan bakar, produk pertanian, produk obat, sampai produk elektronik yang dikenal sebagai sms-santet. Diperlukan scientific wisdom yang memadai untuk dapat memberikan pertimbangan obyektif terhadap hal-hal tersebut.

5. Contoh-contoh Pseudosains dalam ilmu pengetahuan

Ilmu palsu ini bisa bermacam-macam, contoh paling mudah adalah Astrologi dan Alkemi. Pada masa dahulu mungkin kedua bidang ilmu ini dianggap bagian dari ilmu pengetahuan. Sayangnya kedua ilmu ini sulit berkembang, juga banyak keraguan dalam metodenya. Pada masa sekarang ilmu pengetahuan mengikuti suatu metode ilmiah yang rigid.

Teori aktivasi otak tengah: mengklaim bahwa aktifasi otak tengah dapat meningkatkan kecerdasan berfikir, emosi dan motivasi seseorang. Kenyataannya adalah: otak tengah tidak memiliki fungsi berpikir, emosi, dan motivasi. Otak tengah yg merupakan bagian dari batang otak memiliki fungsi otak primitive yaitu mekanisme pertahanan diri dan refleks-refleks pada fungsi vegetative. Sedangkan kemampuan berpikir, proses belajar, dan memori terutama terletak pada korteks dan subkorteks. “Teori otak tengah sudah jelas penipuan. Dengan berpikir atau bertanya sedikit,setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan.

Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serbainstan. Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali jadi sasaran penipuan. Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah gedung pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain), sebuah pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah yang judulnya “Meningkatkan Kecerdasan Salat”. Semuanya dijual sebagai pelatihan dengan biaya (istilah mereka “biaya investasi”) yang mahal. Ini sudah masuk ke masalah membohongi publik, sebab mana mungkin dengan satu pelatihan selama dua hari seorang anak bisa disulap menjadi jenius yang serbabisa, bahkan bisa melihat di balik dinding seperti Superman”. (Prof. Sarlito Wirawan/ Psikologi UI)

Terapi urin: menjadi tren 10 tahun yang lalu, sampai buku terapi urin banyak diterbitkan dan didisplay di Gramedia. Namun sekarang tampaknya trennya sudah berakhir, tidak ada lagi orang yang mau minum urin paginya. Pada kenyataannya urine (air kencing) adalah hasil eksresi (buangan) dari tubuh manusia yang tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Food combining dan diet berdasar golongan darah: teori food combining mengungkapkan bahwa makan karbohidra harus terpisah dari protein dan lemak. Pagi makan karbohidrat, siang lemak, malam protein. Makan buah dan sayuran harus dalam keadaan perut kosong. Pada kenyataannya, teori food combining dan diet berdasar golongan darah tidak memiliki dasar ilmiah yang benar dan tidak diakui oleh para ahli gizi di perguruan tinggi. Saluran cerna manusia mengeluarkan enzim2 untuk pencernaan KH, protein, dan lemak secara bersama-sama sehingga tidak perlu adanya pemisahan zat makanan. Pemberian buah dan serat dalam keadaan perut kosong dapat menyebabkan iritasi pada saluran cerna dan hal ini menyebabkan tidak terbentuknya feses yang bagus konsistensinya.

Beberapa pengobatan alternative lainnya seperti iridologi (diagnosis penyakit sitemik dengan melihat warna dan tekstur dari iris mata), palpasi pada bagian tubuh tertentu untuk mendiagnosis adanya kelebihan asam urat, fungsi liver, fungsi ginjal, dll, merupakan pseudosains yang tidak didukung oleh langkah-langkah berpikir ilmiah dan evidence based.[20]

D. Sains, Non Sains, dan Pseudo-sains[21]

Pengetahuan banyak bentuknya, ada yang sistematis, logis dan ilmiah. Dengan paparan Ilmu pengetahuan dan Pseudosains di atas, ada satu pengetahuan yang tidak termasuk dalam keduanya, yaitu pengetahuan agama, seni, dan lainnya. Untuk mendapatkan kejelasan perbedaan diantara hal tersebut, berikut perbandingan pengertian sains, non sains, dan pseudosains.

Sains adalah suatu alat, suatu cara khusus untuk menginvestigasi suatu pertanyaan. Ketika menginvestigasi suatu pertanyaan ilmiah, dibuat suatu hipotesis, dikumpulkan data-data, dan ahirnya hipotesis didukung atau ditolak. Ilmuwan tidak pernah takut salah. Pembuktian bahwa suatu hipotesis tidak benar adalah bagian dari pekerjaan ilmuwan. Adalah penting untuk menjawab pertanyaan tentang kehidupan dan alam disekitar kita secara ilmiah, sehingga akan banyak menghilangkan banyak keraguan.

Pembuktian ilmiah selalu diawali dengan pertanyaan, kemudian diikuti dengan pengumpulan informasi sebanyak mungkin untuk membangun sebuah hipotesis, atau setidaknya dugaan atau prediksi yang memiliki dasar informasi ilmiah. Langkah berikutnya adalah melakukan ekperimen untuk menguji hipotesis tersebut. Semua yang dilakukan dan diperoleh, menyenangkan atau tidak menyenangkan, tentu harus terdokumentasi dengan baik, kemudian dilaporkan sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Pada ahirnya, sang ilmuwan harus membuat kesimpulan berdasarkan fakta yang diperoleh, apakah hipotesisnya diterima atau ditolak.

Ilmuwan juga harus terbuka untuk berbagi dengan ilmuwan lain tentang eksperimen dan temuannya. Para ilmuwan dapat saling belajar dan sering memanfaatkan temuan ilmuwan lain untuk memandu pertanyaan penelitian selanjutnya. Para ilmuwan juga sering mengulang eksperimen orang lain untuk memastikan apakah dengan kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang konsisten. Verifikasi seperti ini merupakan mekanisme kendali mutu untuk meniadakan bias. Sebelum dipublikasi, hasil-hasil penelitian harus diverifikasi secara objektif oleh mitra-bestari yang terdiri dari pakar berbagai bidang terkait dari institusi yang berbeda.

Non-sains adalah kumpulan pandangan yang berada diluar lingkup ilmiah. Wilayah non-sains seperti seni, nilai, kreatifitas, spiritualitas, adalah sangat sahih, dan bagi banyak orang, merupakan aspek yang sangat penting dari eksistensi manusia. Subyek non-sains biasanya mudah dipisahkan dari sains.

Pseudo-sains pengetahuan non-sains dicoba untuk dinyatakan sebagai sains ketika terjadi masalah atau keraguan. Pseudo-sains muncul ketika ada yang mengklaim bahwa telah dibuktikan secara ilmiah, Padahal sebenarnya tidak. Keyakinan dan kepercayaan kadang-kadang menjadi pseudo-sains ketika ada orang yang berusaha mempopulerkan suatu keyakinan atau kepercayaan sebagai sesuatu fakta yang sudah terbukti secar ailmiah. Argumentasi seperti ini seringkali muncul ketika sains belum dapat menemukan jawabannya, kemudian diambil kesimpulan bahwa satu-satunya jawabannya adalah Tuhan.

Demikian ulasan singkat seputar ilmu pengetahuan dan speduo-saint, semoga bermanfaat.

situs: www.rangkumanmakalah.com

DAFTAR PUSTAKA

Admojo ,Wihadi, et.el., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 1998.

Biomed, M., Boediono, Gregory, Jangan Mudah Tertipu Pseudosains! Dalam http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/28/jangan-mudah-tertipu-pseudosains/, ( 24 Nopember 2011)

Fendy, Ridwan , kategori Pengertian dan Definisi Pseudosains, dalam http://www.filsafatilmu.com/artikel/pengertian/pseudosains (24 Nopember 2011) ,–.

————————– , Dimensi Filsafat Ilmu, Makalah Filsafat Ilmu, Pengertian dan Definisi, Teori Filsafat Ilmu, dalam http://www.filsafatilmu.com/artikel/objek-kajian/problema-batas-batasdemarcation-problem-pendahuluan (24 Nopember 2011)

Muslih, Mohammad, Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan ,Yogyakarta: Belukar, 2008.

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, —-: ——, —–.

Soebandrio, Amin, Sains, Non-Sains, dan Pseudo-Sains, dalam http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/2718, ( 30 Nopember 2011)

Surajiyo, Filsafat ilmu dalam perkembangannya di Indonesia , Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Suriasumantri, S, Jujun , Ilmu dalam prespektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, cet XII, 1995.

—————————-, Filsafat Ilmu, Sebuah pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998..

——–, Ilmu Semu, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_semu, ( 24 Nopember 2011).

——-, How can you recognize pseudoscience, dalam http://www.forumsains.com/pseudo-science-dan-science-fiction/science-vs-pseudoscience/ , ( 30 Nopember 2011).


[1] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam prespektif,(Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, cet XII, 1995), 9.

[2] Ibid., 35

[3] Ibid.,

[4] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, hlm.1.

[5] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), 324.

[6] Wihadi Admojo, et.el., Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta: BalaiPustaka, 1998), 324.

[7] Surajiyo, Filsafat ilmu dalam perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 56.

[8] Ibid., 57

[9] Ibid, 59.

[10] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Belukar, 2008), 47.

[11] Tapi tidak semua masalah disebut masalah ilmiah. Suatu masalah disebut sebagai masalah ilmiah, jika memenuhi ‘persyaratan’, yaitu bahwa masalah itu merupakan masalah yang dihadapi dengan sikap dan metode ilmiah; masalah yang terus cari solusi; masalah yang saling berhubungan dengan masalah dan solusi ilmiah lain secara sistematis (dan lebih memadai dalam memberikan pemahaman yang lebih besar)

[12] Sifat dasar metode ilmiah ini, menurut Archie J Bahm harus dipandang sebagai hipotesa untuk pengujian lebih lanjut . Ia berpendapat bahwa metode ilmiah itu satu sekaligus banyak; dikatakan satu karena metode ilmiah, dalam penerapannya tidak ada persoalan, sedang dikatakan banyak, karena dalam kenyataanya banyak jalan. Yaitu

a).masing-masing ilmu mempunyai metode sendiri-sendiri, yang paling cocok dengan jenis masalahnya sendiri.

b). setiap masalah particular memerlukan metode uniknya sendiri.

c). secara historis, para ilmuan dalam bidang yang sama dalam waktu yang berbeda, memakai metode yang sama sekali berbeda.

d). Perkembangan yang cepat dalam banyak ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin saling bergantung dewasa ini, memerlukan perkembangan berbagai metodologi baru yang cepat, berkenaan dengan jenis masalah yang lebih ruwet dan dinamis.

e). Siapa saja yang concern pada metode ilmiah harus mengakui bahwa metode ini mempunyai tahapan-tahapan yang membutuhkan metode yang berbeda pada setiap tahapannya.

Secara lebih khusus Archie J. Bahm menjelaskan bahwa metode ilmiah meliputi lima langkah , yaitu a). Menyadari akan masalah; b). menguji masalah; c). mengusulkan solusi; d). menguji usulan atau proposal; e). memecahkan masalah.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiahMetode ilmiah)

[13] Surajiyo, Filsafat ilmu dalam perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 59.

[14] Ridwan Fendy, “ kategori Pengertian dan Definisi Pseudosains, dalam http://www.filsafatilmu.com/artikel/pengertian/pseudosains (24 Nopember 2011) ,–.

[15] Ridwan Fendy ,” Dimensi Filsafat Ilmu, Makalah Filsafat Ilmu, Pengertian dan Definisi, Teori Filsafat Ilmu”, dalam http://www.filsafatilmu.com/artikel/objek-kajian/problema-batas-batasdemarcation-problem-pendahuluan (24 Nopember 2011)

[16]——–, “Ilmu Semu” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_semu, ( 24 Nopember 2011), –.

[17] Dr.Gregory Boediono, M. biomed, “Jangan Mudah Tertipu Pseudosains!” dalam

http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/28/jangan-mudah-tertipu-pseudosains/, ( 24 Nopember 2011), 247.

18]——-, “How can you recognize pseudoscience”, dalam http://www.forumsains.com/pseudo-science-dan-science-fiction/science-vs-pseudoscience/ , ( 30 Nopember 2011), –.

[19] : Amin Soebandrio, “SAINS, NON-SAINS DAN PSEUDO-SAINS”, dalam http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/2718, ( 30 Nopember 2011)

[20] Ibid, Dr.Gregory Boediono, M. biomed, —.

[21] Amin Soebandrio, Sains, Non-Sains, dan Pseudo-Sains, dalam

http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/2718


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *