Daftar Isi
Pada belajar sejarah islam ini, dengan judul nabi muhammad saw dan kaum muslimin hijrah ke habsyi. dan merupakan kelanjutan dari pembahasan [baca; Pengertian islam dan peradaban] maka langsung saja pembahasannya. sebagai berikut.
Nabi Muhammad SAW dan Kaum Muslimin Hijrah ke Habsyi
Nabi muhammad saw dan kaum muslimin hijrah ke habsyi. Keadaan kaum muslimin yang disiksa oleh kaum Quraish itu amat menyedihkan sekali. Mereka sangat menderita. Karena penderitaan mereka ini, maka terpikirlah oleh Rasulullah untuk mengirim mereka ke negeri lain, supaya mereka terhindar dari siksaan kaum Quraish. Dan dipilihlah negeri Habsyi, karena rasul mengetahui bahwa raja Habsyi itu seorang yang adil. Tidak pernah orang teraniaya di sana. Maka bulatlah fikiran Nabi akan mengirim pengikut-pengikutnya ke negeri Habsyi.
Peristiwa ini terjadi pada tahun kelima sesudah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Rombongan pertama yang berangkat ke negeri Habsyi terdiri atas 10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Akan tetapi jumlah itu makin bertambah banyak juga, hingga hampir seratus orang. Diantaranya Utsman bin ‘Affan beserta istri beliau Rukayah puteri Nabi, Zuber ibnu ‘Awwam, Abdurrahman ibnu ‘Auf, ja’far ibnu Abi Thalib dan lain-lain.[1]
Orang-orang ini mendapat penerimaan yang baik dan penghormatan yang besar dari Najasyi (Negus) raja Habsyi. Hingga tatkala kaum Quraish memohonkan kepada Najasyi agar mereka yang hijrah itu dikembalikan ke Makkah, permohonan itu tiada diterima oleh Najasyi. Malah kepada mereka yang telah meninggalkan tumpah darahnya itu, diperkenankan menetap di negeri Habsyi dengan aman dan sentosa.[2]
Semakin bertambahnya pengikut Rasulullah, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum kafir Quraish. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kafir Quraish menentang ajaran Islam, yang mengakibatkan nabi muhammad saw dan kaum muslimin hijrah ke habsyi. adapun beberapa faktor sebagai berikut;
Faktor Nabi Muhammad SAW dan Kaum Muslimin Hijrah ke Habsyi
Persaingan berebut kekuasaan
Kaum Quraish tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira tunduk kepada agama Muhammad berarti tunduk kepada kekuasaan Abdul Muthalib. Sedangkan suku-suku bangsa arab selalu bersaingan untuk merebutkan kekuasaan dan pengaruh. Sebab itu bukanlah hal yang mudah bagi kaum Quraish untuk menyerahkan kepemimpinan kepada Muhammad karena menurut mereka berarti suku-suku bangsa arab akan kehilangan kekuasaan dalam masyarakat.[3]
Penyamaan antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya
Bangsa arab hidup dengan sistem kasta, tiap-tiap manusia digolongkan dalam kelompok kasta yang tidak boleh dilampauinya. Tapi seruan nabi Muhammad memberikan hak yang sama kepada manusia, yang merupakan suatu dasar yang penting dalam agama Islam, agama Islam memandang sama antara hamba sahaya dengan tuannya.
Takut dibangkitkan dari alam kubur
Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari dalam kuburnya dan semua amal perbuatan manusia akan di hisab, orang-orang yang berbuat baik maka Allah akan membalasnya dengan Surga akan tetapi orang yang berbuat jahat akan dibalas dengan Neraka. Kaum Quraish tidak dapat menerima agam Islam yang mengajarkan manusia akan dibangkitkan kembali sesudah mati.
Taklid kepada nenek moyang
Hal ini merupakan kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama Islam.
Memperniagakan patung
Salah satu dari usaha orang Arab dahulu adalah memahat patung yang menggambarkan Latta, Uzza , Manna , dan Hubal.Patung-patung itu mereka jual kepada jamaah haji, mereka membelinya supaya mendapat berkat atau untuk kenang-kenangan. Tetapi agama Islam melarang menyembah,memahat, dan menjual patung. Oleh karena itu,saudagar-saudagar patung memandang agama Islam sebagai penghalang rezeki mereka, sehingga mereka menentang agama islam.
Penutup
Demikian dalam pembahasan belajar sejarah islam ini. dan juga sebagai wawasan untuk memperdalam ilmu agama. untuk itu belajar sejarah islam menjelaskan juga. semoga bermanfaat.
[1] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 162.
[2] A. Syalabi, Sejarah & kebudayaan Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna, 2003), 77-82.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 21.