Lompat ke konten
Home » Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Pembahasan Lengkap!

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Pembahasan Lengkap!

Daftar Isi

Cara membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan berasal dari istilah bahasa inggris yaitu Action Research, penelitian ini merupakan perkembangan baru dalam penelitian yang muncul sejak tahun 1940-an. Mulanya PTK diterapkan dalam penelitian sosial, seorang psikolog social Kurt Lewin mengembangkannya yang kemudian diadopsi dalam kencah pendidikan. Istilah Educational Action Resech dipakai oleh Kemmis untuk jenis penelitian tindakan pendidikan.

Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang Penelitian Tindakan, Kemmis misalnya menyatakan bahwa Penelitian Tindakan merupakan upaya menguji cobakan ide-ide kedalam praktek untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Selanjutnya Kemmis dan Taggart menyatakan bahwa Penelitian Tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial serta dalam mengorganisasi suatu kondisi, sehingga mereka dapat memahami bagaimana mempraktekkan ini dilingkungan kerja mereaka. Dengan kata lain penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisir suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.[3]

Kemmis dan McNeiff didefinisikan PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari empat tahapan, planing, action, observation/evaluation, dan reflection.[4]

Sementara Penelitian Tindakan Kelas dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian”, “Tindakan”, dan “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.

Dari pengertian masing-masing kata, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, seharusnya guru menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, bukan kegiatan yang dilakukan oleh guru.[5]

Sedangkan menurut Suhardjono PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dikelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktek pembelajaran.[6]

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah siswa, guru, materi pelajaran, peralatan atau sarana pendidikan, hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), lingkungan, dan pengelolaan.[7]

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Tujuan utama Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.

Menurut Aqib Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Tujuan ini “melekat” pada diriguru dalam penunaian misi professional kependidikannya.[8] Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya PTK bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Karena itu menurut Suharjono, tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya akademik. Secara lebih rinci tujuan Penelitian tindakan kelas (PTK) dipaparkan oleh Suhardjono antara lain:

1). Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

  1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
  2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
  3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
  4. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.[9]

Output atau hasil yang diharapkan melalui Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut.

2). Output Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

  1. Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.
  2. Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.
  3. Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.
  4. Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
  5. Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
  6. Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapai dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut.

3). Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

  1. Terwujudnya inovasi pembelajaran
  2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas
  3. Peningkatan profesionalisme guru.[10]

C. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Sebagai seorang guru yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, seyogyanya Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Ada dua hal penting terkait dengan prinsip ini. Pertama, mungkin metode pembelajaran yang diterapkannya dalam PTK tidak segera dapat memperbaiki pembelajarannya, atau hasilnya tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Sebagai pertanggungjawaban profesional, Guru hendaknya selalu secara konsisten menemukan sebabnya, mencari jalan keluar terbaik, atau menggantinya agar mampu memfasilitasi para siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar secara lebih optimal. Kedua, banyaknya siklus yang diterapkan hendaknya mengutamakan pada ketercapaian kriteria keberhasilan, misalnya pembentukan pemahaman yang mendalam (deep understanding) ketimbang sekadar menghabiskan kurikulum (content coverage), dan tidak semata-mata mengacu pada kejenuhan informasi (saturation of information).
  2. Teknik pengumpulan data tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan. Sedapat mungkin hendaknya dapat diupayakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri, sementara Guru tetap aktif sebagai mana biasanya. Teknik pengumpulan data diuapayakan sesederhana mungkin, asal mampu memperoleh informasi yang cukup signifikan dan dapat dipercaya secara metodologis.
  3. Metodologi yang digunakan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan reliabilitasnya yang memungkinkan Guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya. Jadi, walaupun terdapat kelonggaran secara metodologis, namun PTK mestinya tetap dilaksanakan atas dasar taat kaidah keilmuan.
  4. Masalah yang terungkap adalah masalah yang benar-benar membuat Guru galau, sehingga atas dasar tanggung jawab profesional, dia didorong oleh hatinya untuk memiliki komitmen dalam rangka menemukan jalan keluarnya melalui PTK. Komitmen tersebut adalah dorongan hati yang paling dalam untuk memperoleh perbaikan secara nyata proses dan hasil pelayanannya pada siswa dalam menjalankan tugas-tugas kesehariannya dibandingkan dengan proses dan hasil-hasil sebelumnya. Dengan demikian, mengajar adalah penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan sendiri agar mampu melakukan perbaikan praktiknya.
  5. Pelaksanaan PTK seyogyanya mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, PTK hendaknya diketahui oleh kepala sekolah, disosialisasikan pada rekanrekan Guru, dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, dilaporkan hasilnya sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis ilmiah, dan tetap mengedepankan kepentingan siswa layaknya sebagai manusia.
  6. Permasalahan yang hendaknya dicarikan solusinya lewat PTK hendaknya tidak terbatas hanya pada konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi tetap mempertimbangkan perspektif sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, pelibatan lebih dari seorang pelaku akan sangat mengakomodasi kepentingan tersebut.[11]

D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut dilakukan pada situasi alami serta ditujukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK dilakukan dalam suatu siklus kegiatan.

Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut:

  1. Adanya tindakan (action). Tindakann itu dilakukan pada situasi alami dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan sebuah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut.
  2. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan.
  3. Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dan penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoritis.
  4. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
  5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action) .
  6. PTK dilakukan hanya apabila; a). Ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan; b). Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru; c). Alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan; dan d). Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya pemecahan masalah.[12]

E. Perbedaan PTK dengan Penelitian Formal Lainnya

Penelitian Tindakan Kelas memliki perbedaan yang mendasar dengan bentuk-bentuk penelitian lain yang bukan tindakan kelas. Diantaranya adalah kami rangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel Perbedaan antara Penelitian Formal dengan PTK

Tidak

Aspek

Aspek PTK

Bukan Aksi Kelas

1

Dasar filosofis Bagaimana memperbaiki realitas pembelajaran Bagaimana membangun pengetahuan berdasarkan hasil penelitian

2

Sumber masalah Hasil diagnosis Hasil deduksi-induksi

3

Tujuan penelitian Perbaikan proses dan hasil pembelajaran Verivikasi dan generalisasi

4

Status peneliti Kolaborasi sejawat Sebagai “orang luar”

5

Desaian proses Bersiklus Linier

6

Sample penelitian Tidak menekankan keterwakilan terhadap popul;asi Menekankan pentingnya keterwakilan terhadap populasi

7

Metode penelitian Cendrung fleksibel Standar dan tetap. [13]

8

motivasi Mengambil tindakan Mencari kebenaran

9

Hasil akhir Proses pembelajaran yang lebih baik Pengetahuan yang teruji[14]

10

Teori Dipakai sebagai dasar untuk memilih dan menentukan aksi atau solusi tindakan Dipakai sebagai dasar perumusan hipotesis/ pertanyaan penelitian[15]

F. Prosedur Dan Proses Penelitian Tindakan Kelas

  1. Ide awal

Pada umumnya ide awal yang menggayut di Penelitian tindakan kelas (PTK) ialah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung didalam kelas. Ide awal tersebut diantaranya beupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan.

  1. Pra Survei

Pra survei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti.

  1. Diagnosis

Diagnosis dilakukan oleh para peneliti yang tidak terbiasa mengajar disuatu kelas yang akan dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas perlu melakukan diagnosa atau dugaan-dugaan sementara mengtenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul didalam kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti akan dapat menntukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasi PTK.

  1. Perencanaan

Perencanaan dalam Penelitian tindakan kelas (PTK) dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meleputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sedangkan perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancanagan dari siklus persiklus.

  1. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupaan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan dan lain sebagainya.

  1. Pengamatan

Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator yang memang diberi tugas untuk itu. Pada saat melakukan monitoring pengamat perlu mencatat semua peristiwa yang terjadi dalam kelas penelitian.

  1. Refleksi

Yang dimaksud dengan refleksi adalah uapaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan setelah adanay implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan observasi ini pula suatu perbaikan tindakan saelanjutnya ditentukan.

  1. Penyusunan Laporan

  2. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dilaporkan[16]

G. Model dam Jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Model Kurt Lewin

Model kurt lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan lainnya, khususnya PTK. Konsep pokok penelitian tindakan model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaa, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Kemmis Dan Mc Taggart

Model PTK berikut ini merupakan model yang paling diminati oleh para peneliti tindakan kelas, model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart merupakan model yang bagannya menggambarkan kegiatan spiral.

Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukannya. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah, permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara bertanya kepada siswa?

Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri.

Pada kotak pelaksaan/tindakan (action), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.

Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah mereka sediakan.

Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketak menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.[17]

3. Ellliot

Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.

Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model Penelitian tindakan kelas (PTK) yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.

4. Ebbut

Ebbut menilai bahwa reconnaissance atau pengawasan dalam proses PTK bukan hanya masalah penemuan fakta saja, lebih dari itu. Berikut model PTK yang digambarkan oleh Ebbutt (Hopkins).

Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian. Dimulai dengan pemikiran awal penelitian yang berupa pemikiran tentang masalah yang dihadapi di dalam kelas, penentuan fokus permasalahan berada pada bagian ini.

Dari pemikiran awal dilanjutkan dengan reconnaissance (pemantauan), pada bagian reconnaissance ini Ebbutt berpendapat berbeda dengan penafsiran Elliot mengenai reconnaissance-nya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan fakta saja (fact finding only). Padahal, menurut Ebbutt reconnaissance mencakup kegiatan-kegiatan diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengakses kemungkinan dan kendala atau mencakup secara keseluruhan analisis yang dilakukan.

Berdasarkan pemikiran awal dan reconnaissance kemudian dilanjutkan dengan menyusun perencanaan dan berturut-turut dengan kegiatan pelaksanaan tindakan yang pertama, pengawasan dan pelaksanaan reconnaissance, dan melanjutkan pelaksanaan tindakan kedua.

Pada siklus yang digambarkan oleh Ebbutt, dia memberikan pemikiran bahwa jika dalam pelaksanaan dan reconnaissance setelah tindakan ada masalah mendasar yang dialami, maka perlu perubahan perencanaan dan kembali melaksanakan bagian siklus tertentu yang telah dijalani. Bahkan tidak menutup kemungkinan pada pelaksanaan pengawasan dan reconnaissance dilakukan perubahan pemikiran yang mengakibatkan seorang peneliti kembali mengevaluasi pemikiran awal dan fokus penelitian yang dijalankan.

Menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses penelitian tindakan ialah dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan di antara siklus. Deskripsi ini mungkin tidak begitu rapih dibandingkan dengan membayangkan proses itu sebagai spiral, atau dengan bagan representasi. Bagaimana pun menurut Ebbutt proses penelitian tindakan pendidikan yang ideal adalah seperti yang digambarkannya di atas.[18]

5. Mckernan

Model McKernan (Modifikasi dari Hopkins), model PTK lebih detail dalam pelaksanaan tahap-tahap PTK.

Tindakan yang membutuhkan tindakan merupakan fokus permasalahan yang teridentifikasi kemudian dilanjutkan dengan assesmen kebutuhan, yaitu langkah dilakukan untuk mencari akar permasalahan yang dihadapi. Pada langkah selanjutnya dilakukan pengajuan gagasan dalam bentuk hipotesis.

Dari langkah-langkah di atas, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan (implementasi) dalam bentuk tindakan pada proses pembelajaran. Sedangkan, evaluasi dilaksanakan sebelum mengambil keputusan terhadap pelaksanaan siklus yang telah berlangsung. Dari pengambilan keputusan yang dilakukan dapat menjurus pada kesimpulan “apakah melanjutkan pada pelaksanaan siklus selanjutnya? Atau, kembali untuk mengevaluasi kegiatan awal siklus yang dilakukan yaitu mendefinisikan masalah?” Kegiatan ini mungkin disebabkan pelaksanaan siklus yang telah dilalui tidak terlaksana sebagaimana yang telah direncanakan.

Dari model PTK oleh McKernan, dia lebih menekankan model penelitian dengan “proses waktu”, dalam arti bahwa dalam penelitian tindakan yang penting janganlah dilakukan dengan terlalu kaku dalam soal waktu. Hal ini mencakup menentukan fokus permasalahan, penyelesaian masalah yang rasional, dan kepemilikian penelitian yang demokratis.[19]

H. Sistematika Proposal PTK dan Pengembangannya

1. Judul

Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.

2. Latar Belakang Masalah

Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.

3. Permasalahan

Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.

4. CARA PEMECAHAN MASALAH

Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.

5. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian tindakan kelas (PTK) hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.

Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.

6. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan

Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku Penelitian tindakan kelas (PTK) sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.

7. Rencana Penelitian

  1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian

Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.

  1. Variabel yang diselidiki

Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.

  1. Rencana Tindakan

Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran,seperti :

1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.

2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.

3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.

4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.

  1. Data dan cara pengumpilannya

Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.

Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku Penelitian tindakan kelas (PTK), Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.

Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.

  1. Indikator kinerja

Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.

  1. Tim Peneliti Dan Tugasnya

Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.

8. Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

9. Rencana Anggaran

Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.

10. LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN

Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK. Hal – hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah Penelitian tindakan kelas (PTK) yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.[20]

I. Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Bagian Awal

Bagian awal terdiri dari:

  1. Halaman Judul
  2. Halaman Pengesahan
  3. Abstrak
  4. Kata Pengantar
  5. Daftar Isi
  6. Daftar tabel/ lampiran

2. Bagian Isi

Bagian isi memuat hal-hal sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bagian penting dalam bab ini adalah sebagai berikut:

a. Latar Belakang Masalah

dimulai dengan mendikripsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan data faktual yang menunjukkan adanya masa-ah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan guru dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah tidak dipecahkan.

b. Rumusan masalah

Selanjutnya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, sehingga akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan rumusan masalah ini dapat dirinci dalam proses, situasi, hasil yang diperoleh.

c. Tujuan Penelitian

Dalam tujuan penelitian hendaknya dikemukakan secara rinci tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya.

d. Manfaat Penelitian

(rangkuman)Manfaat penelitian agar dikemukakan secara wajar, tidak perlu ambisius, rumuskan yang terkait dengan siswa, dan dapat juga diperluas ke guru.

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PUSTAKA

Kemukakan teori dan hasil kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Serta memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukan untuk dapat membangun argumentasi teoritis yang menunjukan bahwa tindakan yang diberikan dimung-kinkan dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan.

BAB III Prosedur/Metode Penelitian

Deskripsikan setting penelitian secara jelas, tahapan di setiap siklus yang memuat: rencana, pelaksanaan/ tindakan, pemantuan dan evaluasi beserta jenis instrumen yang digunakan, refleksi (perlu dibedakan antara metode penelitian pada usulan penelitian dengan metode yang ada pada laporan penelitian). Tindakan yang dilakukan berisfat rational, feasible, collaborative.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemudian pada Bab IV, dideskripsikan setting penelitian secara lengkap kemudian uraian masing-masing siklus dengan disertai data lengkap berserta aspek-aspek yang direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan terjadinya perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang tenjadi dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus ke dalam suatu ringkasan tabel/ grafik. Dan tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Terakhir dalam Bab V sajikan simpulan dan hasil penelitian sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya

3. Bagian Penunjang

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran.[21]

Demikian ulasan singkat seputar Cara membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

Asrori, Mohammad, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Wacana Prima, 2008.

Nur Hamim dkk, LPTK Fakultas Tarbiyah Iain Sunan Ampel, Bahan Ajar Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi Guru/Pengawas Dalam Jabatan Kuota 2010 (Surabaya: Iain Press, 2010), 275-276

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Panduan Penyusunan Usulan Dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Tahun Anggaran 2005 Http://Www.Dikti.Go.Id/Archive2007/Panduan_Usulan_ Dan_Laporan_PTK.Pdf

I Wayan Santyasa, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas 1 Desember 2007http://images.abughiyats.multiply

multiplycontent.com/attachment/0/R@SgcAoKCrQAAAlcDoM1/penelitian_tindakan_kls.pdf?nmid=87419648

Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Soedarsono FX. 2005. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT)

Model PTK (5): Model McKernanhttp://bugishq.blogspot.com/2010/12/model-PTK-5-model-mckernan.html Sabtu, Desember 18, 2010

Budi Susetyo, Diklat Teknis Penelitian Tindakan Kelas Guru PLB Disajikan Direktorat Pendidikan Luar Biasa2005contoh proposal PTK, http/www.ditplb.or.ib

Surya Dharma, Kompetensi Penelitian Dan Pengembangan 07-05-A3 Penelitian Tindakan Kelas Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008.


[1] Panduan Penyusunan Usulan Dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Tahun Anggaran 2005 Http://Www.Dikti.Go.Id/Archive2007/Panduan_Usulan_Dan_Laporan_PTK.Pdf

[2] I Wayan Santyasa, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas 1 Desember 2007 http://images.abughiyats.multiply.

multicontent.com/attachment/0/R@SGcAoKCrQAAAlcDoM1/penelitian_tindakan_kls.pdf?nmid=87419648

[3] Nur Hamim dkk, LPTK Fakultas Tarbiyah Iain Sunan Ampel, Bahan Ajar Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi Guru/Pengawas Dalam Jabatan Kuota 2010 (Surabaya: Iain Press, 2010), 275-276

[4] I Wayan Santyasa, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas 1 Desember 2007http://images.abughiyats.multiply.

multiplycontent.com/attachment/0/R@SGcAoKCrQAAAlcDoM1/pene litian_tindakan_kls.pdf?nmid=87419648

[5] Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 2-3

[6] Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 58

[7] Ibid, 58

[8] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung : Rama Widya, 2007),

[9] Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas, 61

[10] Nur Hamim, dkk, 277

[11] I Wayan Santyasa, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas

[12] Suhardjono, 62

[13] Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Wacana Prima, 2008), 17-19

[14] Nur Hamim dkk, 280

[15] Soedarsono FX. 2005. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT)

[16] Nur Hamim, 281-28

[20] Budi Susetyo, Diklat Teknis Penelitian Tindakan Kelas Guru PLB Disajikan Direktorat Pendidikan Luar Biasa2005contoh proposal PTK, http/www.ditplb.or.ib

[21] Surya Dharma, Kompetensi Penelitian Dan Pengembangan07-05-A3 Penelitian Tindakan Kelas Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *