Lompat ke konten
Home » √ Sejarah Islam di Spanyol (Dinamika Politik dan Intelektual)

√ Sejarah Islam di Spanyol (Dinamika Politik dan Intelektual)

Daftar Isi

sejarah islam di spanyol
sejarah islam di spanyol

Dinamika Politik Umat Islam di Spanyol

sejarah islam di spanyol – Sebelum menjelaskan dinamika politik umat Islam di Spanyol ada baiknya, kondisi sosial politik Spanyol menjelang kedatangan umat Islam dibahas. Pemabahasan ini relevan untuk melihat momentum politik yang tepat di Spanyol.

Spanyol sebelum Islam datang, dikuasai oleh penguasai Visigot atau lazim juga disebut Gotik. Alarik adalah penguasa pertama. Penguasa ini telah memaklumkan diri sebagai penguasa yang independen dari pengaruh Konstantinopel. Meskipun, semasa itu dikuasai Rowami, wilayah Spanyol juga acapkali disandera oleh kawanan perompak dan perampok pengacau suku-suku liar. Mereka disebut kaum disebut Vandal yang berasal dari kawasan Skandinavia acapkali menjarah wilayah Spanyol sampai wilayah Ghalia atau Prancis. Suku-suku liar perampok dan perompak itu akhirnya bisa dikendalikan oleh Athawuf.[4]

Sejarah Islam di SpanyolNamun pertikaian terus menegang, akhirnya di tangan militer Gotik yang dipimpin oleh Panglima Valia berhasil mengusir kaum Vandal dan menabalkan Euric sebagai raja Gotik. Secara turun temurun Gotik dipimpin raja. Sampai akhirnya Getisa naik takta tetapi dikudeta oleh Roderik.

Sementara elit negeri berebut kekuasan rakyat jelata dibiarkan bodoh dan sengsara. Dalam buku Jughrafiah Al Andalusia wa Urubba, Abu Ubaid Al Bakri mendeskripsikan sosok rakyat jelata di Andalusia. Rakyat jelata kebanyakan nyaris tidak mandi kecuali dua kali setahun. Rambut mereka gimbal terurai menutup wajah tidak rapi tersisir. Tubuh dekil berdebu penuh kotoran yang justru diyakikini sumber berkah mereka.[5]

Dalam situasi tunasejahtera semacam itu, sejumlah kaum terpelajar merasa risih bosan dngan situasi sosal buadaya yang jauh dari beradap. Mereka merindukan perubahan yang bisa merubah tata sosial dan politik untuk menstabilkan dan mensejahterahkan negeri. Orang-orang semacam Julian atau Pendeta Opas yang ditindas Roderik tentu mewakili kalangan ini. Bagi kalangan ini kedatangan umat Islam tentu dibutuhkan untuk mengubah situasi.

Ekspansi Umat Islam

sejarah islam di spanyol – Dinamika politik umat Islam di Spanyol setidaknya ditandai dengan tiga fase. Pertama, penaklukan Spanyol di bawah komando Thoriq bin Ziyad. Kedua, konsolidasi kekuasaan Islam di Spanyol menjadi Dinasti Umayyah yang berawal dari Abdurrahman I. Ketiga, persaingan dan perebutan kekuasaan antara kerajaan kecil sampai runtuhnya kekuasaan umat Islam di Spanyol.

Membaca penaklukkan umat Islam di Spanyol bermula dari misi Thoriq bin Ziyad. Thoriq bin Ziyad mendapat perintah dari Gubernur Afrika Utara Musa bin Nusair. Sebelum Thoriq mendarat di Spanyol, seorang mata-mata yang bernama hampir sama dengan Thoriq yaitu Thorif telah diutus untuk memetakan semenanjung Iberia. Yang pertama pangkat militernya lebih rendah dari yang kedua. Yang pertama tidak jelas asal usul klannya. Yang kedua adalah anak keturunan suku As Shodaf, suku Berber dari daerah Al Atlas Afrika Utara. Ada yang mengatakan bekas budak yang telah dibebaskan. Memimpin 7000 pasukan, Tahoriq menyeberangi selat Gibraltar untuk mengekspansi Spanyol yang berada dalam kekuasaan Roderik. [6]

Begitu Thoriq dan pasukannya menyeberang, sebelum terjadi peperangan, konon ia memerintahkan agar kapal-kapalnya dibakar. Ia lalu berdiri di hadapan pasukannya dan menyampaikan khotbah. Sebuah khotbah yang mashur. Tentang pembakaran kapal itu tidak semua sejarawan sepakat. Ada yang mengatakan itu cerita yang dibuat-buat sejarawan Kristen.[7] Namun, tentang khotbah Thoriq semua sepakat. Ia memang menyampaikan khotbah yang membakar, agitatif dan inspiratif itu. Khotbah yang terjemahannya dalam bahasa Inggris didaftar oleh Susan McIntire dan William Burn dalam buku Speeches of World History. Berikut nukilan pidato dalam bahasa Arabnya.[8]

Untuk kepentingan pembelajaran, agaknya khotbah dalam bahasa Arab itu telah diedit. Ada bagian yang sengaja dihilangkan. Khotbah yang dinukil itu dalam bahasa Arab tidak menyinggung wanita-wanita cantik Spanyol keturunan Yunani. Padahal, dalam versi terjemahan bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia yang ditemukan ada paragraf khutbah yang mendeskripsikan kecantikan wanita-wanita bangsawan Spanyol tersebut

“Remember that if you suffer a few moments in patience, you will afterward enjoy supreme delight. Do not imagine that your fate can be separated from mine, and rest assured that if you fall, I shall perish with you, or avenge you. You have heard that in this country there are a large number of ravishingly beautiful Greek maidens, their graceful forms are draped in sumptuous gowns on which gleam pearls, coral, and purest gold, and they live in the palaces of royal kings. The Commander of True Believers, Alwalid, son of Abdalmelik, has chosen you for this attack from among all his Arab warriors; and he promises that you shall become his comrades and shall hold the rank of kings in this country. Such is his confidence in your intrepidity. The one fruit which he desires to obtain from your bravery is that the word of God shall be exalted in this country, and that the true religion shall be established here. The spoils will belong to yourselves.”[9]
Kalimat yang bergaris bawah itu jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah:

sejarah islam di spanyol – Mungkin kalian telah mengetahui tentang wanita-wanita cantik yang tumbuh dan lahir di pulau ini, yang berasal dari keturunan Yunani, perhiasan-perhiasan yang terbuat dari emas murni, serta wanita-wanita pingitan yang tinggal di dalam istana-istana yang bermahkota.[10]

Sejarah mengabarkan bahwa pasukan Thariq mampu mengalahkan pasukan Roderik secara telak. Roderik sendiri awalnya seorang petinggi militer, tetapi ia mengkudeta putra Raja Witiza dan memakzulkannya. Salah satu perilaku keji Roderik yang telah menjadi legenda dan bumbu dalam penulisan kronik sejarah, adalah menodai putri Watiza, yaitu Florinda yang jelita. Maka Roderiklah yang menjadi pucuk pimpinan menguasai Gotik (Visigoth). Sejak kekalahan Roderik di Lembah Berbate, praktis umat Islam adalah penguasa baru bumi Andalusia. Pasukan Islam terus merambah kekuasaan, melaju ke wilayah-wilayah yang lebih jauh ke utara nyaris tanpa perlawanan.

Namun yang perlu dicatat, kemenangan umat Islam tidak lepas dari bantuan pribumi lawan politik Roderik. Pangeran Julian dari Sabtah ikut membantu Thoriq. Ia bahkan yang memberi bantuan armada kapal pada Thoriq untuk meyebarang ke Spanyol. Bantuan kapal-kapal dari Julian semakin menguatkan tafsir sejarah bahwa pembakaran pada kapal-kapal tersebut tidak pernah terjadi. Pendeta Opas yang merupakan sepupu Raja Watiza juga membantu ekspansi umat Islam. Pendeta Opas merasa benci pada Roderik yang merebut kuasa kerajaan dari Raja Watiza.[11]

Laju pasukan umat Islam terus menembus semakin jauh. Ketika Thoriq hampir mencapai Kota Jean, Cordova dan Toledo, Gubernur Musa bin Nusair memberi peringatan keras pada Thoriq agar tidak menyerbu dulu Toledo. Namun Thoriq memiliki perhitungan sendiri. Ia bergeming dengan keputusannya menyerbu Toledo dan bisa menaklukan kota itu. Tindakan Thoriq itu konon membuat Musa marah besar pada bawahannya tersebut. Musa setahun kemudian akhirnya menyusul Thoriq ke Andalusia dengan 10.000 bala tentara. Akan tetapi Musa melewati jalur yang berbeda. Jalau pasukan yang dipimpin Musa juga menaklukan banyak wilayah di kawasan Spanyol yang belum ditaklukkan Thoriq.

sejarah islam di spanyol – Di dekat Tholedo, Musa berhasil menemui tersebut. Dalam riwayat, Musa konon menghukum keras Thoriq. Thoriq dicambuk dan dirantai. Meja hidang (solomon table atau maidah) yang didapat oleh Thoriq dirampas Musa untuk dipersembahkan pada Khalifah Walid bin Abdul Malik. Dalam menafsirkan motivasi Musa menyusul Thoriq dan menemuinya, tidak semua sejarawan sepakat. Hitti dengan merujuk pada Ibnu Al Hakam dan Al Idrisi mengisahkan motivasi Musa menyusul ke Andalusia tidak lebih karena cemburu dan dengki pada kesuksesan Thoriq.[12]

Namun Roghib As Sirjani dengan mengutip Akhbar Al Majmu’ah karya Ibnu Adzari dan Al Bayan Al Mughrib menafsirkan bahwa Musa menyusul ke Spanyol untuk memberi bala bantuan kepada Thoriq.

Namun kita dapat memastikan bahwa semua itu sama sekali tidak pernah teradi adalah Musa bin Nushair memang menegur keras Thoriq atas pembangkangannya……Tetapi teguran itu berlangsung sangat cepat, dan kita sama sekali tidak ragu dengan terjadinya sebuah pertemuan yang hangat antara kedua pahlawan yang telah terpisah sejak dua tahun lamanya.[13]

Masih oleh As Sirjani, Musa bin Nushair digambarkan tokoh pahlawan besar. Seluruh hidupnya diabdikan untuk berjihad sampai pada usianya yang tua, yaitu 75 tahun. Dari kehebatannya, Islam berkembang pesat di Afrika Utara. Ia berjuang selama 10 tahun menyebarkan panji-panji Islam di Spanyol. Dengan mengendarai kuda secara gagah, ia menaklukkan kota demi kota, mengepung Sevilla berbulan-bulan lamanya, mengepung Mauridah, Barcelona, Zaragosa dan kawasan timur laut. Lalu ia mengarah ke barat laut bergerak menuju Ash Shakrah. Ia bermaksud menaklukkan Prancis, Italia dan negeri-negeri lain hingga sampai ke Konstatinopel.

Gambaran tentang Musa menjadi serba antagonis jika dilihat dari deskripsi kronik sejarah, semisal tulisan Isidore dari Sevilla yang mendasarkan pada rujukan penulis-penulis Visigoth. Musa adalah penginvasi yang kejam. Ia membakar kota-kota indah di Spanyol dan membumihanguskannya rata dengan tanah. Ia membawa para penguasa dan bangsawan Spanyol ke tiang salib. Tidak luput dari kekejaman itu, anak-anak remaja dan bayi ditebasi dengan pedang.

The chronicler wrote that Musa ibn Nusayr, who came to Sapin a year after Thoriq and assumed control of the conquest, ruined beutiful cities, burning with fire: condemned lords and powerful men to the cross and butchered youth and infant with swords. [14]

sejarah islam di spanyol – Namun ada gambaran yang lebih netral dan dianggap lebih akurat adalah bahwa penaklukkan Spanyol oleh umat Islam itu manandai pergeseran situasi ekonomi dan politik baru. Pada masa-masa itu, kawasan itu dilanda krisis politik dan ekonomi yang menyengsarakan mayoritas penduduk kawasan itu. Kedatangan umat Islam adalah harapan baru bagi kemakmuran Spanyol.[15]

Meskipun sukses menaklukan Spanyol, Musa dan Thoriq akhirnya dipanggil pulang oleh Khlifah Walid bin Abdul Malik. Banyak tawanan perang yang terdiri dari pangeran dan bangsawan Spanyol, barang rampasan dibawa ke Damaskus sebagai penghormatan pada khalifah. Di Andalusia, Musa meninggalkan anaknya, Abdul Aziz bin Musa. Sejak saat itu, Andalusia menjadi provinsi (wulat) bagian dari Imperium Umayyah. Putra Musa itu menjadi amir pertama dan memilih Sevilla sebagai pusat administrasi Andalusia. Sejak saat itu, kekuasaan umat Islam di wilayah itu terus mengukuhkan kekuatan politiknya. Satu amir beganti dengan amir baru. Dinamika politik dan perebutan kekuasaan terjadi. Sampai pada masa Al Samah Ibnu Malik, amir ke-14, ibukota Sevilla dipindah ke Kordova. Kekuatan politik dan perebutan kekuasaan tetap berlangsung antara pihak Mudariayah dan Yamaniah. Sulit bagi kedua faksi itu untuk melakukan kompromi atau mencari jalan penyatuan.

Pergolakan politik di Andalusia baik karena pertikaian domestik maupun karena upaya meluaskan ekspansi ke luar terus berlangsung sampai akhirnya kekusaan Umayyah di Damaskus diruntuhkan oleh Abasyiah. Pada saat Abasyiah berhasil merebut kekuasaan di pusat, seorang pangeran Muawiyah berhasil melarikan diri. Ia mencari suaka politik (asylum) di Andalusia dan berhasil mendarat di pantai Granada. Abdurrahman, namanya. Ia lolos dari sergapan pembunuhan prajurit tempur Abasyiah yang menggulingkan Dinasti Umayyah.

Pembesar Abasyiah yang telah berhasil merebut kekuasaan Umayyah mengundang sisa-sisa bangsawan Umayyah dalam jamuan makan, termasuk Abdurrahman. Dalam jamuan makan itu, para bangsawan dan pengikut Umayyah dibantai. Tubuh yang sekarat dan menggelepar meregang nyawa ditutupi kain. Selamat bagi Abdurrahman, ia bisa lolos dari sergapan itu, ia melarikan diri dibantu pengikutnya. Adiknya tergoda dengan tawaran amnesti tidak meneruskan diri bereneng menyeberang sungai Eufrat. Nahas adiknya yang dijanjikan ampunan dibunuh juga oleh tentara Abasyiah[16].

Kedatangan Abdurrahman di Spanyol menandai babak kedua dari dinamika politik di kawasan itu. Babak kedua ini bisa disebut sebagai fase konsolidasi politik umat Islam di Spanyol dari tahun 756 M sampai 1031 M. Kekuasaan di tangan dinasti Abdurrahman disebut sebagai keamiran yang otonom, tetapi akhirnya, terutama pada masa Abdurrahman III, Andalusia menjadi kekhalifahan Umayyah yang sejajar dengan Dinasti Abasyiah.

Abdurrahman I menabalkan kekuasaan setelah memukul pasukan Gubernur Yusuf di Sungai Guadalquivir. Ia pun berhasil menguasai Kordova. Semenjak berada di tangan Abdurrahman I, Andalusia bukan lagi sebuah propinsi minor dalam wilayah kekuasaan Islam di Timur. Andalusia menjadi sebuah keamirin otonom secara administratif. Di Spanyol inilah, ia yang kemudian dikenal sebagai Abdurrahman I atau Abdurrahman Ad Dakhil, sang pendiri Dinasti Umayyah jilid kedua yang merdeka dan menjadi rival Dinasti Abasyiah di Iraq.

sejarah islam di spanyol – Sejumlah gejolak domestik, upaya pemberontakan dan gerakan perebutan kekuasaan atau provokasi dari Abasyiah bisa diatasi Abdurrahman I. Ia berhasil mengembangkan kekuatan militer dengan jumlah personil mencapai 40.000 prajurit untuk mengamankan kekuasaannya. Suksesi kekusaan diberikan secara turun temurun dengan cara penunjukan. Tercatat dalam silsilah ada delapan penguasa dari anak cucuk Abdurrahman I yang memerintah Spanyol. Di antara yang terkenal adalah Abdurrahman II dan Andurrahman III.

Abdurrahman I meninggal pada usia 59 tahun. Ia digantikan putranya Hisyam. Hisyam ditunjuk sebagai putra mahkota meskipun ia memiliki kakak bernama Sulaiman. Ia dianggap lebih cakap dari sang kakak. Begitu Hisyam diangkat menjadi penguasa, kakaknya Sulaiman memberontak dari Toledo. Tidak saja kakaknya, adiknya: Abdullah juga membangkang. Pemberontakan oleh dua saudaranya terjadi. Namun Hisyam berhasil mengalahkan dua pemberontak kakak dan adiknya. Dua saudaranya tersebut terusir ke Afrika Utara.[17]

Oleh Roger Collin, penujukkan itu dilakukan manasuka. Tradisi suksesi dengan penunjukan manasuka sudah acapakali terjadi dalam kekhalifahan Umayyah sebelumnya di Damaskus sebagimana Walid II mengantikan Hisyam adalah atas penujukan Yazid II. Tidak pelak, cara itu mudah menyulut kecemburuan antarsaudara. Alasan bahwa Hisyam lebih cakap daripada Sulaiman atau Abdullah itu hanya rasionalisasi saja.[18]

Hisyam bin Abdurrahman kemudian diganti putranya Al Hakam bin Hisyam. Sayang sekali, tabiat Al Hakam yang peminum dan suka pesta tidak disukai warga dan ulama. Didalangi oleh pemuka agama, terjadi kerusuhan. Kerusuhan itu ditumpas dengan keji. Mereka dibuang, daerah dan rumah mereka diratakan dengan tanah. Sebanyak 300 pemuka agama dibunuh. Cara-cara memerintah Al Hakam berikut tabiatnya memicu kebencian penduduk padanya.[19]

Al Hakam kemudian diganti putranya, Abdurrahman II atau Abdurrahman Al Awsath. Ia adalah penguasa yang cakap. Ia melanjutkan visi Abdurrahman I membangun kemajuan kekuasaanya. Ia melanjutkan proyek mengamankan daerah-daerah yang sering dijarah gerombolan pengacau yang berasal dari luar. Ia berhasil membangun armada laut untuk menguasai kepulauan Balyar dan memukul orang-orang Viking, semacam gerombolan perompak dari Skandinavia: Denmark, Finlandia, dan Swedia. Seperti kakeknya Abdurrahman I, ia terkenal sebagi pecinta ilmu dan estetika.[20]

Abdurrahman II meninggalkan warisan kejayaan Andalusia. Namun kejayaan itu segera merosot seiring dengan konflik domestik, persaingan anggota keluarga merebutkan kekusaan dan kontelasi politik di berbagai kawasan yang ikut memperkeruh suasana geopolitik. Kerajaan Leon di barat laut Kordova dan Aragon yang beribukota di Barcelona semakin kuat. Di dalam keluarga istana sendiri, putra mahkota yaitu Abdullah dibunuh oleh saudaranya sendiri keponakannya Al Mutarif bin Abdullah. Sementara di kawasan Afrika atau Maroko atau Al Maghrib dan sekitarnya Daulah Fatimiyah semakin kokoh menguasai kawasan tersebut. Daulah Fatimiayah merupakan ancaman serius bagi kedaulatan penguasa di Andalusia.

Ketika wilayah kekuasaan Diasti Umayyah Andalusia menyusut drastis, muncullah pemimpin baru yang menisbatkan namanya dengan Abdurrahman III atau Abdurrahman An Nashir. Di masa kekuasaan Adurrahman III, Andalusia mengukuhkan kekuatan politiknya di kawasan itu. Abdurrahaman III selain dapat mengokohkan posisi tawarnya pada penguasa Dinasti Fatimiyah di Afrika, ia berhasil memukul pasukan Ordano II dan Sancho yang mengancam wilayah Andalusia dari sisi utara. Kekuasaannya membentang dari wilayah Ebro sampai garis pantai Atlantik. Dari Pegunungan Pyrenees sampai Selat Gibraltar. Pada masanya pula, dibangun sebuah kota istana atas saran istri simpanannya yang jelita bernama Az Zahra. Nama istri simpanannya itu pula yang menjadi nama istana Az Azahra. Di bawah kuasa Abdurrahman III, Andalusia mencapai puncak kejayaannya. Sampai usia 73 tahun akhirnya ia meninggal dunia. [21]

Sepeninggal Abdurrahman III, Andalusia masih menyisakan kejayaan. Silih berganti penguasa pasca Abdurrahma mempertahankan Daulah Umayyah yang kemudian berganti mejadi Daulah Amiriyah naik dan turun ke pentas kekuasaan. Namun pertikaian dan perebutan kekuasaan dalam tubuh dinasti itu dengan pasti membuat Andalusia mengalami fragmentasi menjadi negara-negara kerajaan kecil (thowa>if).

Tercatat ada tujuh negara kerajaan yang mengoyak kawasan Andalusia. Mereka terbentuk karena ikatan primordialisme kesukuan dan klan keluarga : 1) Bani Abad, kalangan Arab dari suku Lakhm menabalkan diri di Sevilla. 2) Bani Zirry meduduki wilayah Granada. 3) Bani Jahur kalangan yang mengambil wilayah Kordova. 4) Bani Al Afthas menguasai wilayah barat Andalusia mendirikan pemerintah Bathalyus. 5) Bani Dzun-Nun, kalangan Berber yang mendirikan wilayah Toledo. 6) Bani Amir, kalangan Arab dari suku Ma’arifi dari Yaman menguasai kawasan timur Andalusia: Valencia. 7) Bani Hud menguasai wilayah Zaragosa.[22]

sejarah islam di spanyol – Antarmereka seringkali terjadi konflik dan perang merebut kekusaan dan saling mencaplok wilayah. Tidak ada lagi Andalusia raya dalam satu kekuasaan. Jatuh bangun kekusaan secara silih berganti di antaranya akibat pertikaian antarnegara kerajaan. Berdiri Dinasti Murabitun lalu segera jatuh dan digantikan Bani Muwahiddun. Jatuh Bani Muwahhidun dan drngan terseok beridiri Dinasti Nashiriah yang menduduki Granada. Salah satu penguasanya, yaitu Muhammad Al Ghalib membangun Al Hambra. Granada ternyata menjadi garis akhir nasib kekuasaan umat Islam di Spanyol. Pernikahan Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari Castile semakin menyaringkan bunyi lonceng kematian kekuasaan umat Islam. Kalau saja, di masa kekuasaan Abdurrahman III, ekspansi militer diteruskan untuk memukul telak sisa-sisa orang Kristen di pegunungan Pyreness, cerita Spanyol hari ini mungkin akan jauh berbeda.

Di kepung pasukan berkuda dengan jumlah 10.000 personel dan tidak ada tanda-tanda bala bantuan datang dari Afrika maupun Turki, akhirnya Granada jatuh juga sebagai tanda runtuhnya kekuasaan umat Islam di Spanyol. Bulan sabit benat-benar telah digantikan oleh salib. Proyek conquest yang dirintis Thariq dan Musa diganti dengan Reconquesta Ferdinand Isabella. Setelah itulah kekejian pada sipil non Kristen Spanyol bermula. Ferdinand dan Isabella melakukan inkuisisi: geneocida. Pengusiran besar-besaran dilakukan. Masyarakat yang membangkan dihabisi.

Granada menjadi lautan api yang membakar sisa-sisa kekuasaan umat Islam Spanyol. Sebuah peristiwa tragis nan masif yang tidak pernah terjadi selama kekuasaan muslim di Spanyol. Kekejaman yang mungkin bisa disetarakan dengan Holocoust dan genocida Serbia pada Bosnia. Tentang kekejaman Dewan Ingkuisisi Spanyol pada umat Islam dan Yahudi, catatan Kolonel Prancis J.J. Lehmanowsky yang diutus Napoleon untuk menguasai Spanyol memberi kesaksian sisa-sisa pembantaian keji itu.[23]

Dunia Intelektual pada sejarah islam di spanyol

sejarah islam di spanyol – Kekuasaan umat Islam di Spanyol praktis berakhir dengan jatuhnya Granada. Namun pengaruhnya pada dunia intelektual Barat, tidak terelakkan, berakar kuat sampai saat ini. Menjelajah sejarah inteletual Islam zaman Andalusia tetap relevan sebagai refleksi kekinian dan kekitaan saat ini. Montgomery Watt memberi pandangan bahwa wajah sejarah Barat dan atau Amerika saat ini tidak lain adalah pengaruh langsung dari sejarah umat Islam Spanyol.

Here an oriental culture has entered Europe and left behind magnificent architectural remains. It offers important example of close contact of diverse culture, and one that has contributed to making Eouropean and American historian what he is.[24]

Tentu ada latar kesejarahan yang menyuburkan dunia intelektual Islam Andalusia sehingga berkembang pesat. Ada situasi sosial-politik yang melatari perkembangan sastra, pendidikan, dan keilmuan. Ketiga ranah itu cukup menjadi penanda tumbuh suburnya dunia intelektual masa itu. Dengan batasan tiga ranah itu, makalah tidak membahas bidang-bidang peradaban lain semisal: pertanian, hukum, arsitektur, administrasi publik maupun pemerintahan, militer, armada laut, ekonomi yang juga sangat menonjol saat itu.

Faktor Internal sejarah islam di spanyol

sejarah islam di spanyol – Sebagian besar penguasa di Andalusia yang masuk dalam line up silsilah kekuasaan di Andalusia adalah orang-orang yang memiliki komitmen sekaligus bakat keilmuan dan kecintaan pada sastra. Abdurrahamn I, Hisyam, Abdurrahman II dan III sedari muda adalah para pecinta ilmu dan sastra. Tidak diragukan pemerintahan mereka mendorong tumbuh kembangnya budaya keilmuan. Kelimpaham materi yang dicapai penguasa Andalusia dimanfaatkan untuk pengembangan dunia keilmuan dan kecintaan pada buku.

Edward Gibbon, penulis sejarah kekaisaran Romawi, membuat catatan, bahwa ia terkagum-kagum dengan kecintaan masyarakat muslim di Andalusia yang jauh melampui kultur Kristen zaman pertengahan yang antibuku. Di Kordova saja ada 70 gedung perpustakaan. Khusus perpustakaan khalifah sendiri memiliki koleksi judul buku sebanyak 600.000.[25] Sumber yang lain menyatakan 400.000. Selain perpustakaan, sejumlah tempat-tempat penelitian, pusat-pusat kesehatan dan teknologi dibangun[26]. Kordova benar-benar menjadi kota peradaban yang dibangun sejak Abdurrahman I dan diperluas dan semasa Abdurrahamn II dan Al Hakam.

Pameran dan pasar buku sangat ramai. Tawar-menawar dan lelang buku di kalangan pecinta dan kolektor buku menjadikan harga buku jauh melampui harga riilnya.[27] Perpustkaan Kordova bisa jadi semacam Conggres Nation Library di Washington saat ini. Sementara gairah akan buku masyarakatnya bisa dianalogikan dengan Frankfrut Book Fair, perhelatan buku terbesar di dunia saat ini.[28]

Sejarah Islam di Spanyol – Jika di Eropa banyak buku-buku disegel oleh gereja, pikiran-pikiran kritis dan bertentangan dengan penguasa dan gereja dibungkam seperti yang terjadi pada Copernicus dan Galileo, di Andalusia, pemikiran tumbuh subur dan kritis. Semasa Abdurrahman III, seorang khotib Bernama Al Mundzir bin Sa’id mengkritik keras megaproyek pembangunan Madinah Az Zahra. Seorang penasihat khalifah membisiki agar sang khatib itu dipecat atau diberi sanksi. Akan tetapi, dengan besar hati, Abdurrahman III menerima kritik itu sebagai peringatan untuk dirinya[29].

Penguasa Bani Umayyah juga terkenal dekat dan akrab dengan banyak penyair. Seringkali Abdurrahman II, misalnya mengundang sastrwan ke kediamannya. Seorang pujangga yang dekat dengan penguasa adalah Abd Robbihi. Pujangga besar lain yang beraliran Platonis adalah Ibnu Hazm. Puisi platonis memandang keindahan romantisme sebagai wakil dari keindahan abadi. Bagi puisi platonis, kecintaan pada dunia adalah anak tangga bagi kecintaan pada Ilahi. Cinta sejati yang terungkap dalam puisi tidak lain adalah jalan pendakian untuk berkontempelasi pada Yang Kuasa. “Love is a means of ascent to comtempletion of Devine,” kata Stanford yang mengutip Plato.[30]

Ibnu Hazm seorang kristen yang menjadi mualaaf. Pernah menjabat di kabinet, tetapi kemudian mengundurkan diri dan lebih memilih jalan hidup sebagai seorang sastrawan.[31] Kordova benar-benar menjadi enclave dan episentrum kegiatan ilmu dan satra. Nyaris semua pengunjungnya baik dari Andalusia maupun manca negara memberi pujian sebagai perhiasan dunia (The Ornament of World). Dicacat oleh As Sirjani, sejumlah tokoh semisal Ibnu Hauqal, Al Idrisi, Al Himyari Abu Al Hasan bin Bassam, Ibu Al Wardi memuji Kordova sebagai pusat bertemunya orang-orang hebat, berilmu, dan cerdas.[32]

Kesusastraan Isalam zaman Andalusia, diakaui mempengaruhi dunia sastra Eropa sampai saat itu. Sampai saat inipun semua kritikus Don Xuisote karya Carvantes mengakui pengaruh sastra Arab. Kekuatan prosaik Don Xuisote pun hanya bisa ditandingi oleh karya-karya Sheakspear. Secara khusus Gunawan Muhhammad memberikan catatannya dan menerjemahkan satire Don Xuisote yang pernah difilmkan.

Syahdan, adegan dimulai dengan Miguel de Cervantes, penyair, pemungut pajak, dan prajurit, yang ditangkap bersama bujangnya yang setia. Jawatan Inkuisisi, lembaga Gereja Katolik Spanyol yang dengan tangan besi menjaga keutuhan umat dan iman, menjebloskan mereka ke dalam kurungan di bawah tanah. Tak ayal, dalam Calabozo yang seram itu mereka dikerubuti para tahanan lain: semua milik yang mereka bawa harus diserahkan.[33]

Bersama dengan kemajuan dunia sastra di Andalusia, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan juga berkembang pesat. Baik ilmu agama maupun ilmu alam berkembang dengan pesat. Khusus tentang pengajaran Al Quran, dalam catatan Ibnu Khaldun, masyarakat Andalusia sangat sadar akan pentingnya mengajarkan Al Quran. Pada anak kecil Al Quran diajarkan dengan kemampuan membaca. Pelajaran Al Quran diberikan tanpa tambahan tafsir, tambahan pelajaran menulis pada anak-anak tersebut. Ini dilakukan untuk menancapkan kecintaan pertama kali pada Al Quran.[34]

Sejarah Islam di Spanyol – Pada usia yang lebih remaja, mereka diajari menulis dan tatabahas Arab. Sebagai pelajaran tambahan murid-murid diajari sejarah, tafsir Al Quran, tata bahasa Arab, puisi, leksikografi dan geografi. Guru-guru mendapatkan tempat yang terhormat. Kaum wanita pun tidak banyak dibatasi untuk belajar. Pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pemerataan pendidikan dilakukan. Pada zaman Abdurrahman III dinyatakan bahawa tidak ada penduduk dewasa di Kordova yang buta aksara. Kordova juga memiliki universitas besar. Asal-mulanya adalah masjid Kordova yang dibangun tidak hanya untuk tempat ibadah, tetapi juga untuk aktivitas intelektual. Barangkali Universitas Kordova saat itu adalah Sarbone University atau Harvard Universiy saat ini.

Selain Kordova, kota-kota Spanyol seperti Sevilla, Malaga, Granada juga juga memiliki universitas. Universitas Kordova membuka berbagai jurusan: astronomi, matemtika, kedokteran, hukum dan teologi. Univeritas Granada yang dibangun zaman Khlaifah Nashiriah, tidak kalah dengan univeristas Kordova, bahkan di Granada dibuka jurusan kimia menambahi jurusan yang ada di Kordova. Kemajuan pendidikan di kota-kota Spanyol menjadikan kaum Yahudi mengiblat. Kurikulum pendidikan mereka tak aya lagi berusaha mengadopsi dan menyerap tingkat perkembangan pendidikan Islam. Umat Yahudi ikut menikmati kejayaan Spanyol bagi kesejahteraan hidup mereka. Dalam amatan orang Yahudi, tidak hanya Kordova yang menjadi pusat perkembangan ilmu dan budaya, kota-kota lain seperti Sevilla, Granada, Malaga berusaha keras bisa menyamai Kordova. Sejumlah orang Yahudi yang berkibar menjadi tokoh, pujangga, ilmuwan diataranya Juha Halevi, Maimondes, Joseph Ibnu Nagrela, Hasdai Ibn Shaprut.[35] Kota-kota Spanyol, terutama Kordova saat itu adalah tujuan kegiatan fellowship.

Faktor Eksternal islam di spanyol

sejarah islam di spanyol – Dominasi intelektual generasi umat Islam di Andalusia, tidak pelak lagi, menjadikan bahasa Arab adalah linguafrace saat itu. Bahasa menjadi kiblat ilmu pengetahuan saat itu. Bahasa Latin yang sudah lama mendominasi konstelasi peradaban Eropa tergeser oleh bahasa Arab. Digambarkan oleh Menocal, bagaimana seorang Pendeta Kristen Paul Alvarus menjadi gelisah melihat kenyataan anak-anak muda Spanyol merasa lebih optimis belajar bahasa Arab. Banyak orang Kristen juga senang mempelajari berbagai syair Arab. Tatabahasa Arab yang indah menjadi daya tarik bagi orang Kristen Eropa. “Adakah rakyat jelata yang masih mau membaca tafsir-tafsir kitab suci berbahasa latin,” begitu keluh Alvarus dalam bukunya The Unmistitakable Sign.[36] Gejala ini mungkin tidak jauh beda dengan kondisi masyarakat intelektual kita sekarang yang cenderung mengiblat pada bahasa Inggris.

Universitas-universitas di kota-kota Andalusia benar-benar menunjukkan diri sebagai center of excellent. Jika saja saat itu sudah ada badan pemeringkatan PT sebagaimana Time Higher Education, tidak mustahil, univeritas Kordova akan menduduki peringkat atas jajaran World Class University. Peringkat yang saat ini diidam-idamkan dan dikejar-kejar PT seluruh dunia. Sayang sekali belum ada univeritas Islam di dunia Islam, jangan lagi UIN di Indonesia masuk dalam daftar World Class University itu.[37]

Tokoh dan Ilmuwan

sejarah islam di spanyol – Dari rahim kemajuan dunia intelektual di Andalusia itu, lahirlah tokoh-tokoh ilmuwan muslim pengembang berbagai bidang keilmuan. Tentu tidak bisa didaftar satu-persatu. Beberapa berikut yang disebut cukuplah mewakili gambaran keunggulan warisan inteletual dan dunia keilmuan umat Islam di Andalusia. Diantara mereka yang mewakili zamannya sepanjang sejarah Islam di Spanyol adalah Al Zahrawi, Ibnu Khaldun, Ibnu Thufayl, Ibny Rusyd, dan Ibnu Bathutah

Al Zahrawi, adalah dokter ahli bedah semasa kekuasaan Al Hajib Al Muzaffar. Al Zahrawi pula yang memperkenalkan pada dunia medis modern alat-alat bedah, prinsip-prinsip pembedahan yang mengikuti jalur pembuluh darah dan menemukan benang jahit pascabedah.[38] Ibnu Khaldun (1332-1406) mengulas sejarah dan sosiologi dengan melihat faktor fisik demografis dan spritualitas yang berpengaruh kuat pada dinamika kesejarahan bangsa Arab dan Berber.

Ibnu Thufayl seorang dokter juga seorang filsuf besar. Selaon dokter istana, ia adalah penasihat Dinasti Muwahhidun, tepatnya Khalifah AbuYaqub Yusuf. Ia sorang penganut paham neoplatonis. Ia belajar kedotern di Granada. Karya filsafatya ditulis scara prosaik: Hayy ibnu Yaqzan (Yang Hidup Anak Kesadaran) adalah judul karyanya. Buku itu selian komtemplatif juga mengibur. Buku itu memuat gagasan. Bahwa salah satu kapasitas akal manusia adalah mengetahui tanpa bantuan sedikitpun dari luar. Ilham, pengetahuan rohani, ide-ide spiritualisme bisa diraih tanpa bantuan panca indra. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Latin pertama kali oleh Edward Pococke. Gaya menulisnya konin mirip dengab pendhulunya Ibnu Sina, tetapi inspirasinya berasal dari Alfarabi.[39]

Ibnu Rusyd (1126-1198), selain dokter dan hakim, ia tekenal terutama di kalangan Barat karena ulasanya tentang Arsitoteles. Nalar Barat terbantu dalam memahami alam pikiran Yunani terutama karya-karya Aristoteles berkat ulasam-ulasan Ibnu Rusyd. Ia hidup semasa Ya’qub Al Manshur salah satu penguasa Dinasti Muwahhidun. Di dunia Islam, pandangan-pandangan Ibnu Rusyd dikenal bertentangan dengan pandangan Al Ghazali. Dalam perkembangan sejarah berikutnya, Al Ghazali lebih diakrabi oleh kaum muslimin di belahan Asia dan Afrika. Sementara orang-orang Kristen Barat mengiblat pada Ibnu Rusyd. Andai saja umat Islam dalam kesejarahan mutakhir bisa melakukan elaborasi yang seimbang pemikiran Ghozali dan Ibnu Rusyd, mungkin saja akan berdampak lain pada wajah peradaban umat Islam hari ini.

Ibnu Bathutah (1304-1377), sebenarnya ahli fikih, tetapi pengembaraannya menjadikannya terkenal karena catatan demografi, etnografi dan geografi dari wilayah-wilayah yang dikunjuginya dari Afrika, India, China, Konstantonopel dan ke Andaluisa.[40] Dalam perjalanannya dari Delhi ke China, Ibnu Bathutah, singgah di Samudra Pasai pada tahun 1345. Saat itu penguasa kerjaan Islam pertama di nusantara adalah Sultan Malikus Zahir.[41]

Demikian ulasan singkat seputar Sejarah Islam di Spanyol (Dinamika Politik dan Intelektual), Semoga bermanfaat.

www.rangkumanmakalah.com

Daftar Pustaka

Amstrong, Karen. 2006. Perang Suci.(Terj.) Jakarta: Serambi

As Sirjani, Roghib. 2013. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia: Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Spanyol.(Terj.) Jakarta: Al Kautsar.

Bambang Cipto. “Di Balk Terpuruknya Peringkat PT”. Kompas, 14/10/2013.

Collins, Roger. 1989. The Arab Conquest of Spain 710-797. Blacwell Publisher.

Ensiklopedia Islam. 1996. Jakarta: Ichtiar Baru van Houve.

Gerber, Janes S. 1994. The Jews of Spain: A History of The Sephardic Experience. Macmillan.

Herliany, Dorothea Rosa. “Frankfurt Book Fair: Pentingnya Sastra di Sebuah Bangsa”. Kompas, 6/10/2013.

Hitti, Philip K. 2011. History of Arabs. (Terj.) Jakarta: Serambi.

Khladun, Ibnu. 2001. Muqoddimah. (Terj). Jakarta: Al Kautsar.

McIntire, Susan dan Burn, William. 2008. Speeches in The World History. New York Imprint of Imfobase Publishing.

Menacol, Maria Rosa. 2006. Sepotong Surga di Andalusia: Kisah Peradaban Muslim, Yahudi dan Kristen Spanyol Abad Pertengahan (750-1492).(Bandung: Mizan, 2006.

Ruggles, Fairchid. 2003. Garden, Landscape & Vision in The Palace of Islamic Spain. Pannsylvania State University Press.

Sholahuddin, Acep. “Religiusitas Bangsa Wayang”. Kompas: 30/11/2013.

Shobri, Abd Fatah wa Umar, Ali. 1948. AlQiro>ah Ar Rosyi>dah. Mishro: Da>r Ma’rifa>t.

Stanford, Stella.2010. Plato and Sex. Cambridge, USA: Polity Press.

Watt, William Montgemary and Cachia, Pieere. 1997. A History of Islamic Spain. Eidenburg: Eidenburg University Press.

Wolf, Kenneth Baxter. 1999. Conquerors and Chroniclers of Early Medival Spain. (Second Edition). Liverpool University Press.


[1] Karen Amstrong, Perang Suci, terj. (Jakarta: Serambi, 2006), 705.

[2] Maria Rosa Menacol, Sepotong Surga di Andalusia: Kisah Peradaban Muslim, Yahudi dan Kristen Spanyol Pertengahan (750-1492), terj. (Bandung: Mizan, 2006), 6.

[3] Roghib As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia: Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Spanyol, terj. (Jakarta: Al Kautsar, 2013), 14

[4] As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 17

[5] Ibid, 16.

[6] Philip K. Hitti, History of Arabs, (Jakarta: Serambi, 2011), 627.

[7] Roghib As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 64.

[8] Abdul Fatah Shobri dan Ali Umar, Qiroah Ar Roshi>dah, jus keempat (Mesir: Da>r Makrifa>t 1948), 7-9.

[9] Susan McIntire dan Willian Burn, Speeches in The World History (New York: Imprint of Infobase Publishing, 2008) 85.

[10] Roghib As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 64.

[11] Philip K. Hitti, The History of Arab, 620.

[12] Philip K. Hitti, The History of Arabs, 630.

[13] Roghip As Sarjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 80.

[14] Kenneth Baxter Wolf, Conquerors and Chroniclers of Early Medival Spain, second edition (Liverpool University Press, 1999), 50.

[15] Fairchid Ruggles, Garden, Landscape & Vision in The Palace of Islamic Spain, (Pannsylvania State University Press, 2003), 4-5

[16] Maria Rosa Menocal, Sepotong Surga di Andalusia, 8

[17] Roghip As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 191.

[18] Roger Collins, The Arab Conquest of Spain 710-797 (Blackwell Publishers, 1989), 201.

[19] Ibid., 195.

[20] Roghib As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 199.

[21] Philip K. Hitti, The History of Arabs, 666.

[22] Roghib As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 372.

[23] Ibid, 828.

[24] William Montgemary Watt and Pieere Cachia, A History of Islamic Spain (Eidenburg: Eidenburg University Press, 1997), 1.

[25] Maria Rosa Menocal, Sepotong Surga di Andalusia, 39.

[26] Janes S. Gerber, The Jews of Spain: A Historic of Sephardic Experoence (New York: McMillan, 1994),29.

[27] Philip K. Hitti, The History Arabs, 717.

[28] Tentang bergengsinya pameran buku di Frankfrut Jerman Dorothea Rosa Herliany, penyair Indonesia yang tinggal di Jerman, menggambarkan dalam artikelnya ”Frankfurt Book Fair: Pentingnya Sastra di Sebuah Bangsa”, Kompas, 6/10/2013.

[29] Roghib As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 22.

[30] Stella Stanford, Plato and Sex (Cambridge, USA: Polity Press, 2010) 27.

[31] Philip K. Hitti, The History of Arabs, 710.

[32] Rogib, As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 367.

[33] http://goenawanmohamad.com/2010/08/23/majenun/

[34] Ibnu Khladun, Muqoddimah, terj. (Jakarta: Al Kaustar, 2001) 1003.

[35] Janes R. Gerber, The Jews of Spain: A History of Sephardic Experience (Macmillan, 1994), 36-38.

[36] Maenocal, Sepotong Surga di Andaluisa, 77

[37] Soal ulasan capaian peringkat PT Indonesia dan sejumlah PT dunia yang berhasil menembus daftar World Class University, “Bambang Cipto, Di Balik Terpuruknya Peringkat PT” (Kompas: 14/10/2013).

[38] Roghib, As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 328.

[39] Hitti, History ofArabs, 742.

[40] Ibid, 839.

[41] Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996 ) 249.

[42] Acep Sholahuddin, Religiusitas Bangsa Wayang, Kompas: 30/11/2013