Lompat ke konten
Home » √ TEORI BELAJAR JEAN PIAGET, Kajian Lengkap dari A – Z!

√ TEORI BELAJAR JEAN PIAGET, Kajian Lengkap dari A – Z!

Daftar Isi

teori belajar jean piaget
jean piaget

Teori belajar Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori Belajar ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.

Menurut Piaget, teori belajar jean piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisme yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi. Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu : Periode sensori-motor ( 0 – 2 tahun ) Periode pra-operasional (2 – 7 tahun ) Periode operasional konkret ( 7 – 11 tahun ) Periode opersional formal ( 11 – dewasa )

1. Biografi Jean Piaget

Teori Belajar Jean Piager – Jean Piaget dilahirkan di Neuchatel, Swiss, pada tanggal 9 Agustus 1896. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor sastra Abad Pertengahan dan ahli sejarah. Ibunya, Rebecca Jackson. Awalnya Piaget tertarik pada biologi dan berlanjut pada minatnya di psikologi. Ia cukup mandiri dan menaruh minat pada alam, pada umur 11 tahun dia mempublikasikan artikel peninjauan tentang burung gereja albino.

Dan pada umur 15 tahun hingga 18 tahun, dia mempublikasikan artikel tentang kerang-kerangan. Kemudian pada masa remaja, ia menghadapi sedikit krisis iman: Didorong oleh ibunya untuk menghadiri pelajaran agama, ia menemukan kekanak-kanakan argumen keagamaan. Mempelajari berbagai filsuf dan penerapan logika, ia mendedikasikan dirinya untuk menemukan akhirnya, filosofi gagal untuk membantu dirinya dalam pencarian “penjelasan biologis pengetahuan.”, Jadi ia berpaling ke psikologi. Setelah SMA, ia melanjutkan ke Universitas Neuchatel. Terus-menerus belajar dan menulis, ia menjadi sakit-sakitan, dan harus pensiun ke desa selama satu tahun untuk memulihkan diri. Pada waktu inilah Piaget tertarik pada dunia filsafat umumnya dan epistemologi pada khususnya.

Ketika ia kembali ke Neuchatel, ia menulis tentang filsafat. Suatu titik fundamental yang menjadi inti untuk pekerjaan seumur hidup-nya: “. Dalam semua bidang kehidupan (organik, mental, sosial). Pada 1918, Piaget mendapat gelar Doktor dari Universitas Neuchatel pada umur 21 tahun. Ia bekerja selama setahun di laboratorium psikologi di Zurich dan di klinik yang terkenal psikiatri Bleuler’s. Selama periode ini, dia diperkenalkan kepada karya-karya Freud, Jung, dan lain-lain. Pada tahun 1919, ia mengajar psikologi dan filsafat di Sorbonne di Paris. Di sini ia bertemu Simon (Simon nama tenar Binet) dan melakukan penelitian pada pengujian kecerdasan. Pada tahun 1921, artikel pertamanya tentang psikologi kecerdasan telah diumumkan dalam Journal de Psychologie. Pada tahun yang sama, ia menerima posisi di Institut JJ Rousseau di Jenewa.

Di sini ia mulai dengan murid-muridnya untuk penelitian penalaran anak SD. Penelitian ini menjadi pertama lima buku tentang psikologi anak. Meskipun ia dianggap sebagai pekerjaan ini sangat awal, ia terkejut oleh reaksi publik yang kuat positif terhadap karyanya. Pada tahun 1923, ia menikah dengan salah satu rekan muridnya, Pada tahun 1925, putri pertama mereka lahir, pada tahun 1927, putri kedua mereka lahir, dan pada 1931, putra tunggal mereka lahir. Mereka segera menjadi fokus pengamatan intens oleh Piaget dan istrinya. Pada 1929, Piaget mulai bekerja sebagai direktur Biro Pendidikan Internasional sampai 1967.

Teori Belajar Jean Piager – Ia juga memulai penelitian berskala besar dengan A. Szeminska, E. Meyer, dan terutama Barbel Inhelder, yang akan menjadi kolaborator utamanya. Pada tahun 1940, Ia menjadi ketua Eksperimental Psikologi, Direktur laboratorium psikologi, dan presiden Masyarakat Swiss Psikologi. Pada tahun 1942, ia memberikan serangkaian kuliah di College de France, selama pendudukan Nazi di Perancis. Kuliah ini menjadi The Psychology of Intelligence.

Pada akhir perang, ia diangkat Presiden Komisi Swiss UNESCO. Juga selama periode ini, ia menerima sejumlah gelar kehormatan. Dia menerima satu dari Sorbonne pada tahun 1946, University of Brussels dan Universitas Brasil pada 1949, di atas salah satu yang sebelumnya dari Harvard pada tahun 1936.

Dan, pada tahun 1949 dan 1950, ia menerbitkan sintesis nya, Pengantar Epistemologi Genetika. Pada tahun 1952, ia menjadi profesor di Sorbonne. Pada tahun 1955, dia menciptakan Pusat Internasional untuk Epistemologi Genetika, di mana ia menjabat sebagai direktur sisa hidupnya. Dan, pada tahun 1956, ia menciptakan School of Sciences di Universitas Jenewa.

Dia terus bekerja di suatu teori umum tentang struktur dan mengikat kerja psikologis untuk biologi selama bertahun-tahun. Demikian juga, ia melanjutkan pelayanan publik lewat UNESCO sebagai delegasi Swiss. Pada akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan ratusan artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16 September 1980, salah satu psikolog yang paling signifikan dari abad kedua puluh.

2. Konsep Teoritis Utama dalam teori belajar jean piaget

a). teori belajar jean piaget Inteligensi Piaget

Teori Belajar Jean Piager – Inteligensi Piaget pernah bekerja bersama di Binet Testing Laboratory di Paris, dimana ia ikut dalam membantu menyusun standart tes kecerdasaan. Pendekatan laboratorium Binet dalam melakukan pengetesan adalah menggunakan sejumlah pernyataan tes, yang kemudian disajikan kepada anak berbagai usia.

Nilai kecerdasan anak dihitung berdasarkan jawaban benar dari anak usia tertentu. Dalam menyusun standar tes kecerdasan, Pieget mencatat sesuatu yang berpengaruh besar tehadap teori perkembangan intelektualnya. Dia menemukan bahwa jawaban yang salah untuk pertanyaan tes adalah lebih informatif ketimbang jawaban yang benar.

Dia mengamati bahwa kesalahan yang serupa dibuat oleh anak yang usianya kira-kira sama dan jenis kesalahan yang dibuat oleh anak usia tertentu berbeda secara kualitatif dengan jenis kesalahan yang dibuat oleh anak usia yang berbeda. Pieget mengamati lebih jauh bahwa sifat dasar dari kesalahan ini tidak dapat dijelasakan secara memadai dalam situasi tes yang sanagat teratur dimana anak menjawab pertanyaan secara benar dan salah.

Piaget mengunakan Clinical Metode (metode klinis) yang berupa pertanyaan terbuka, dengan menggunakan metode klinis pertanyaan-pertanyaan Piaget akan menentukan pertanyaan si anak, jika anak mengatakan sesuatu yang menarik, Piaget akan menyusun sejumlah pertanyaan yang dirancang untuk mengekplorasi pertanyaan itu secara lebih mendalam.

Diatas kita telah menyinggung bahwa Piaget menentang pendefenisian intelengensi (inteleensi) dalam jumlah item yang dijawab dengan benar yang dalam tes intelegensi menurut Piaget tindakan yang cerdas adalah tindakan yang menimbulkan kondisi yang mendekati optimal untuk kelangsungan organisme, dengan kata lain intelegensi memungkinkan organisme untuk menangani secara efektif lingkungannya, karena lingkungan dan organisme senantiasa berubah, sebuah interaksi yang ’cerdas’ antara keduanya terus-menerus berubah.

Sebuah tindakan yang cerdas selalu cendrung menciptakan kondisi optimal untuk survival organisme didalam situasi yang sedang dialaminya, jadi menurut Piaget intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis, sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat pengalaman menurut Piaget bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka, namun bagaimana kecerdasan memanifestasikan dirinya pada waktu tertentu akan selalu berfariasi sesuai kondisi yang ada.

Teori Piaget sering disebut sebagai Genetik Epistemologi (epistemologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual. Perlu dijelskan bahwa disini istilah genetik mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis.

b). teori belajar jean piaget Skemata

Seoarang dilahirkan dengan sedikit reflek yang terorganisir, seperti menyedot, melihat, menggapai, dan memegang. Alih-alih mendiskusikan kejadian individual dari reflek ini, Piaget lebih memilih berbicara tentang potensi umum untuk melakukan hal-hal seperti mengusap, menatap, manggapai, atau memegang. Potensi untuk bertindak dengan cara tertentu disebut sebagai Shcema (Schemata:jamak).

Misalnya, scema memegang adalah kemampuan umum untuk memegang sesuatu scema lebih dari sekedar manifestasi refleksi memegang saja. Scema memegang dapat dianggap sebagai struktur kognitif yang membuat semua tindakan memegang bisa memungkinkan.

Dengan kata lain Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Sedangkan adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi. Ketika setiap tindakan memegang tertentu akan diamati atau dideskripsikan, maka seorang meski berbicara dalam term respon spesifik terhadap stimuli spesifik. Aspek manifestasi partikular dari scema ini dinamakan kontek (isi). Sekali lagi, scema adalah potensi umum untuk melakukan suatu kelompok prilaku, dan isi mendepkripsiakan kondisi-kondisi yang berlaku sama terjadi manifestasi potensi umum.

c). Teori belajar jean piaget Asimilasi dan Akomodasi

Proses merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang dinamakan Assimilalation (asimilasi), yakni jenis percocokan atau penyesuaian antara strutur kognitif dengan lingkungan fisik. Struktur kognitif yang eksis pada momen tertentu akan dapat diasimilasikan oleh organisme. Misalnya, jika scema mengisap, menatap, menggapai dan memegang sudah tersedia bagi anak, maka segala sesuatu yang dialami anak akan diasimilasikan ke scema itu.

Saat struktur kognitif berubah, maka anak mungkin bisa mengasimilasikan aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan fisik. Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan skemata.

Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu. Jelas, jika asimilasi adalah satu-satunya proses kognitif, maka tidak akan ada perkembangan intelektual sebab organisme hanya akan mengasimilasikan pengalamannya kedalam struktur kognitif.

Namun, proses penting kedua menghasilkan mekanisme untuk perkembangan intelektual: Accommodation (akomodasi), proses memodifikasi strutur kognitif. Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan. Setiap pengalaman yang dialami sesesorang akan melibatkan asimilasi dan akomodasi. Kejadian-kejadian yang berkorespondensi dengan skemata organisme membutuhkan akomodasi. Jadi, semua pengalaman melibatkan dua proses yang sama-sama penting: pengenalan , atau pengetahuan yang berhubungan proses asimilasi dan akomodasi, yang menghasilkan modifikasi struktur kognitif.

modifikasi ini dapat disamankan dengan proses belajar. Dengan kata lain, kita merespon dunia berdasarkan pengalaman kita sebelumnya (asimilasi), tetapi setiap pengalaman memuat aspek-aspek yang berbeda dengan pengalaman yang kita alami sebelumnya. Aspek unik dari pengalaman ini menyebabkan perubahan dalam struktur kognitif kita (akomodasi). Akomodasai karenanya menyediakan sarana utama bagi perkembangan intelektiual.

d). Teori belajar jean piaget , Ekuilibrasi Piaget

Berasumsi bahwa semua organisme punya tendensi bawaan untuk menciptakan hubungan harmonis antara dirinya dengan lingkungannya. Dengan kata lain, semua aspek dari organisme diarahkan menuju adaptasi yang optimal. Ekuilibrasi (penyeimbangan) adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal. Ekuilibrasi diartikan secara sederhana sebagai dorongan terus-menerus ke arah keseimbangan atau ekuilibrium.

Asimilasi memungkinkan organisme untuk merespon situasi sekarang sesuai dengan pengetahuan sebelumnya. Karena aspek unik dari situasi ini tidak dapat direspon berdasarkan pengetahuan sebelumnya, maka aspek unik atau baru dari pengalaman ini akan menyebabkan sedikit ketidakseimbangan kognitif. Karena ada kebutuhan untuk mencapai harmoni (ekuilibrium), struktur mental organisme berubah agar dapat memasukkan aspek unik dari pengalaman ini dan menyebabkan upaya penyeimbangan kognitif kembali.

Tetapi selain usaha memulihkan keseimbangan, penyesuain ini membuka jalan bagi interaksi baru dan berbeda dengan lingkungan. Akomodasi tersebut menyebabkan perubahan struktur mental, sehingga jika aspek lingkungan yang sebelumnya unik kemudian dijumpai lagi, aspek itu tidak akan menimbulkan ketidakseimbanagn; yakni aspek itu akan mudah diasimilasikan ke dalam strutur kognitif organisme.

Selain itu, tatanan kognitif ini membentuk basis untuk akomodasi yang baru, sebab akomodasi selalu muncul dari ketidakseimbangan, dan yang menyebabkan ketidakseimbangan itu selalu terkait dengan struktur kognitif organisme saat ini. Secara bertahap, melalui proses penyesusian diri ini, informasi yang pada satu waktu tidak bisa diasimilasi, pada akhirnya bisa diasimilasi. Mekanisme asimilasi dan akomodasi, dan kekuatan penggerak ekuilibrasi, akan menghasilkan pertumbuhan intelektual yang pelan tapi pasti. Proses ini dapat digambar sebagai berikut: Lingkungan Struktur kognitif Persepsi Belajar Asimilasi Akomodasi

e). teori belajar jean piaget , Interiorisasi

Setelah struktur kognitif makin luas, anak-anak mampu merespon situasi yang lebih kompleks. Mereka juga tidak lagi terlalu bergantung pada situasi sekarang. Misalnya mereka mampu ”memikirkan” objek yang sebelumnya tidak mampu mereka pikirkan. Apa yang kini dialami anak adalah fungsi dari lingkungan fisik dan struktur kognitifnya, yang merefleksikan akumulasi pengalaman sebelumnya. Penurunan ketergantungan pada lingkunagan fisik dan meningkatnya penggunaan struktur kognitif ini dinamakan Interiorization (interiorisasi).

3. Tahap-Tahap Perkembangan pada teori belajar jean piaget

a). Sensorimotor Stage ( Umur 0-2 tahun )

Pada tahap ini, anak berinteraksi aktif dengan lingkungannya. Masa ini, masa untuk kemampuannya mulai mengartikan dunia yang mereka lihat. Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan diri anak, ini berarti bahwa suatu objek itu dianggap ada bila berada pada penglihatannya.

Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang mulanya terlihat kemudian menghilang dari pandangannya, asal perpindahannya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari diri sang anak dan bersamaan dengan itu, konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang.

Dalam arti Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam simbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll. Intinya, pada masa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya saja. Piaget (1952) mengatakan, bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka pada sensorimotor ini yaitu asimilasi dan akomodasi.

Contoh, seorang anak berumur 2 tahun diberi sebuah pulpen untuk menuliskan sesuatu. Dia belum pernah menggunakan pulpen sebelumnya. Ia hanya memperhatikan orang lain sebagaimana mestinya menggunakan sebuah pulpen. Maka ia pun tahu menggunakannya dengan memegang batangnya secara vertikal dan mengoyang-goyangkan membentuk suatu pola (Asimilasi). Namun, karena baru pertama kali ia menulis maka yang terbentuk hanyalah coretan-coretan biasa. Disinilah perlu penyesuaian gerakan pulpen yang tepat mebentuk suatu pola yang berarti. (Akomodasi). Tahap Sensorimotor stage ini masih terbagai menjadi 6 sub-stages, yaitu:

1) teori belajar jean piaget , Pada tahap ini anak mulai mengembangkan kemampuan refleksnya (terjadi secara spontan, tidak sengaja dan tidak terbedakan). Anak belum dapat membedakan jenis-jenis rangsangan, ia akan menggenggam dan mengisap apapun yang dekat dengannya. Dalam teori perkembangan kognitif Piaget,

Dr. paul suparno; pada tahap ini anak melakukan gerakan menyusu, berarti telah melakukan asimilasi fungsional (melatih diri agar fungsi mengisapnya berjalan dengan baik.), melakukan asimilasi yang reproduktif, General Assimilation (skema “mengisap” diperluas tidak hanya sebatas menghisap susu ibu, tapi benda-benda lain didekatnya) dan asimilasi rekognitif dimana anak atau bayi mulai membedakan dan mengenal benda-benda yang diisap. Ciri sub-tahap ini, belum mempunyai konsep benda, konsep ruang masih bersifat fragmentaris, dan konsep kausalitas anak juga masih egosentris.

2) teori belajar jean piaget , Pada tahap ini umumnya, anak mulai muncul kebiasaan yang ia interpretasikan dari apa yang ia perhatikan dari lingkungannya (lewat pendengaran atau pengelihatan ). Cirri sub-tahap ini adalah : • anak mulai meniru (imitasi,”suatu ungkapan bayi untuk mengnal realitas dan berinteraksi dengan dunia secara aktif”) • konsep benda sudah mulai berkembang • konsep ruang ada, yaitu mengikuti benda-benda yan bergerak atau yang bersuara • Konsep kausalitas belum banyak berkembang

3) teori belajar jean piaget , Tahap ini muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. Ciri pada sub tahap ini : • Konsep benda ada, anak dapat mengantisipasi secara visual letak sebuah benda. • Konsep ruang berkembang, missal dalam kegiatan menyusu eorang bayi telah mengkoordinasikan ruang gerak mulut dan jamahan tangannya pada putting susu ibu. • Konsep kausalitas ada tapi masih egosentris

4) teori belajar jean piaget , Tahap ini muncul dari usia Sembilan sampai dua belas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). Cirri sub tahap ini : • Konsep benda ada, anak dapat mencari suatu benda yang disembunyikan sepanjang masih dalam pengelihatannya • Konsep ruang berkembang • Konsep kausalitas ada, disini anak sadar untu pertama kalinya bahwa objek lainya dapat menyebabkan aktivitas tertentu.(wadsworth) (anak digelitik, maka ia akan tertawa)

5)teori belajar jean piaget , Tahap ini muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. Cirri pada sub tahap ini : • Konsep benda mulai maju dan lengkap. Misal anak dapat memperhitungkan perpindahan berurutan suatu objek. • Konsep ruang ada. Misal pada sub tahap ini anak mulai mengerti ada hubungannya anatara benda-benda dalam suatu ruangan. • Konsep kausalitas semakin berkembang. Anak semakin sadar bahwa orang lain dan juga benda lain dapat menjadi penyebab suatu tindakan.

6)teori belajar jean piaget, Pada sub tahap ini dimulai sebuah representasi simbolik terutama tentang wawasan dan kreativitas.

Ciri pada sub tahap ini :

• Konsep benda sudah maju. Reprenstasi ini mebiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang sunguh-sungguh disembunyikan.

• Konsep ruang ada. Disini anak sadar akan gerakan suatu benda sehiungga dapat mencarinay secara masuk akal bila bnenda itu tidak kelihatan lagi.

• Konsep kausalitas. Anak sadar akan apa yang dialihat tak mampu ia lakukan sehingga mencari jalan lain untuk menyelsaikannya secara sangat sederhaana.

b). Pre-Operational Period (umur 2–7)

Preoperational Stage adalah tahap kedua dari empat tahap perkembangan intelektual atau kognitif seorang anak. Berdasarkan dari rangkaian observasi dari Piaget, ia mendemonstrasikan bahwa diakhir tahun kedua anak terdapat perkembangan fungsi psikologinya. Pemikiran pra-operasional bisa dibagi lagi menjadi dua subtahap:

1) Fungsi Simbolis (2-4 tahun)

Sub tahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara mental mulai bisa merepresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas dunia mental anak hingga mencakup dimensi-dimensi baru. Penggunaan bahasa yang mulai berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis dalam subtahap ini.

Contoh, anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan, dan banyak benda lain dari dunia ini. Anak melihat kapal ataukah heli. Dan karena penasaran dan keingintahuannya ia pun meniru kapal itu dengan merentangkan tangannya. Mungkin karena anak kecil tidak begitu peduli pada realitas, gambar mereka tampak aneh dan tampak khayal. Fungsi semiotic atau simbolis ini nampak jelas dalam lima gejala :

a. Imitasi tak langsung Kemampuan anak untuk menirukan suatu objek atau kejadian dari apa yang telah ia alami sebelumnya secara tak langsung. Misal, anak diajak pergi kepasar. Ia melihat banyak barang dagangan. Hasil interpretasinya ini ialah ia dapat beramaian pasar-pasaran, berdagang-dagangan dengan baranga-barang hasil tiruan dari apa yang telah ia perhatikan sebelumnya.

b. Permainan Simbolis Permainan yang berupa symbol-simbol saja dan masih bersifat imitative, yaitu meniru objek atau kejadian yan pernah dialami.

c. Menggambar Mengambar dalam tahap ini berarti merupakan jembatan antara permainan simbolis dan gamabaran mental. Unsusr permainan simbolis terletak apada segi kesenangannya, sementara unsure gamabaran mental terletak pada usaha anak untuk mulai meniru sesuatu yanga real.

d. Gambaran Mental Gambaran mental adalah penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengelaman yang lampau yang sifatnya masih statis. e. Bahasa Ucapan Disini anak menggunakan suara atau bahasa untuk merepresentasi sebuah benda atau kejadian. Perkembangan bahasa ini sangat memperlancar perkembangan konseptual anak dan juga kognitif anak tentunya. Pada tahap ini juga disebutpemikiran prakonseptual (sekitar 2-4 tahun).

Selama di salah satu tahap preoperational thinking ini, anank-anak mulai membentuk konsep sederhana. Mereka mulai mengklasifikasi benda-benda dalam kelompok tertentu berdasarkan kemiripannya, tetapi mereka banyak melakukan kesalahan lantaran konsep mereka itu. Jadi, semua lelaki adalah ayah dan semua perempuan adalah ibu dan semua mainan adalah milikku. Logika mereka tidak induktif ataupun deduktif , namun transduktif.

Contoh dari penalaran transduktif adalah sapi adalah hewan besar dengan kaki empat. Hewan itu besar dan punya empat kaki, karenya hewan itu adalah sapi.

2) Pemikiran Intuitif (4-7 tahun)

Periode pemikiran intuitif (sekitar 4-7 tahun). Pada tahap kedua dari pemikiran praoperasional ini, anak –anak memecahkan masalah secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah-kaidah logika. Ciri paling menonjol dari pemikiran anak pada tahap ini adalah kegagalannya untuk mengembangkan conservation (konservasi).

Konservasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk me nyadari bahwa jumlah, panjang, substansi atau luas akan tetap sama meski mungkin hal-hal seperti itu direpreswentasikan kepada anak dalam bentuk yang berbeda-beda. Misalnya, seorang anak ditunjukkan pada wadah berisi air dalam volume tertentu. kemudian, isi dari salah satu wadah itu dituang kewadah lain yang lebih tinggi bentuknya. Pada tahap perkembanagan ini, anak yang melihat bahwa wadah pertama berisi sejumlah cairan, kini akan cendrung mengatakan bahwa wadaha yang lebih tinggi dari pada wadah pertama.

Teori Belajar Jean Piager – Anak pada tahap ini secara mental tidak bisa membalikkan operasi kognitif, yang berarti dia tidak dapat melihat bahwa jumlah cairan itu sebenarnya adalah tetap sama. Menurut Piaget, konservasi adalah kemampuan yang muncul sebagai hasil dari akumulasi pengalaman anak dengan lingkungan, dan bukan kemampuan yang dapat diajarkan sampai anak memiliki pengalaman awal ini. Sebagaimana halnya dengan teori tahapan lainnya, pengajaran adalah isu penting. Apakah berbagai kemampuan muncul sebagai hasil dari pengalaman tertentu (yaitu belajar) ataukah muncul sebagai fungsi dari pendewasaan yang ditentukan secara gtenetik? Menurut Piaget jawabannya adalah dua-duanya.

Pendewasaan mengahasilkan struktur otak dan sensoris yang dibutuhkan, tetapi dibituhkan pengalaman untuk mengembangkannya. 1. Concrete Operations (sekitar 7-12 tahun). Dalam tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan (mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan sebaliknya), dan menangani konsep angka.

Tetapi selama tahap ini proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat melakukan operasi problem yang agak kompleks selama problem itu konkret dan tidak abstrak. 2. Formal Operation. (sekitar 11-15 tahun). Pada tahap inio anak kini bisa menangani situasi hipotetis, dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung hanya pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran pada tahap ini semakain logis. Jadi, aparatus mental yang dimilikinya makin canggih namun aparatus ini dapat diarahkan ke solusi berbagai problem kehidupan yang tiada berkesudahan.

4. POSISI JEAN PIAGET

Teori Belajar Jean Piager – Piaget jelas bukan teoritisi S-R. seperti telah kita ketahui, teoritisi S-R berusaha menentukan hubungan antara kejadian lingkungan (S) dengan respon terhadap kejadian itu (R). kebanyakan teori mengasumsikan organisme pasif yang membangun kemampuan respon dengan mengakumulasi kebiasaan. Kebiasaan yang komplek, menurut perspektif ini, hanyalah kombinasi dari kebiasaan-kebiasaan sederhana.

Hubungan S-R tertentu “dicetak” melalui penguatan kontinguitas. Pengetahuan, menurut pendapat ini merepresentasikan “salinan” dari kondisi yang eksis dari dunia fisik. Dengan kata lain, melalui belajar, hubungan yang ada dalam dunia fisik menjadi direprepresentasikan dalam otak organisme. Piaget menyebut posisi epistemologis ini sebagai teori pengetahuan salinan. Teori Piaget berbeda secara diametris dengan konsep pengetahuan S-R. seperti telah kita ketuhui, Piaget menyamakan pengetahuan dengan struktur kognirtif yang memberikan potensi untuk menghadapi lingkungan dengan cara-cara tertentu.

Struktur kognitif menyediakan kerangka bagi pengalaman: yakni, mereka menentukan apa yang dapat direspon dan bagaimana ia dapat direspon. Dalam pengertian ini, struktur kognitif diproyeksikan ke lingkungan fisik dan karenanya dia menciptakannya. dengan cara ini lingkungan dikonstruksi oleh struktur kognitif tetapi, juga bisa dikatakan bahwa lingkungan memainkan peran besar dalam menciptakan struktur kognitif. Seperti yang telah kita ketahui interaksi antara liungkungan dan struktur kognitif melalui proses asimilasai dan akomodasi adalah sangat penting dalam teori Piaget.

Ada perbedaan antara teori Pieget dengan Gestalt,. keduanya menyepakati bahwa pengetahuan yang lalu akan mempengaruhi pengalaman Semarang. gestalt berpendapat bahwa saat jejak memori semakin mapan, ia akan semakin berpengaruh terhadap pengalaman sadar. jadi, jejak memori tentang “bentuk lingkaran” sudah mapan, suatu gambar lingkaran yang belum tuntas akan dialami sebagai lingkaran yang utuh.

Jejak memori karenanya, “mengkonstruksi” pengalaman yang tidak sesuai dengan realitas fisik. kita dapat mengatakan bahwa pengalaman diasimilasikan kedalam jejak memori yang sudah ada, sebagaimana mereka diasimilasikan struktur kognitif yang sudah ada. Adapun perbedaan utama antara teoritisi Piaget dengan Gestalt adalah soal sifat perkembangan organisasional seseorang.

teoritisi gestalt percaya bahwa manusia lahir dengan otak yang mengorganisasikan pengalaman berdasarkan hokum pragnanz. mereka percaya bahwa data indrawi diorganisasikan disemua tahap perkembangan. sedangkan Piaget sebaliknya, peracaya bahwa kemampuan organisasional otak berkembang siring dengan perkembangnya struktur kognitif.

Menurutnya, pengalaman selalu diorganisasikan dalam term struktur kognitif, namun struktur kognitif selalu berubah baik saat terjadi pendewasaan biologis maupun berkat pengalaman indrawi. jadi, Piaget, menggunakan istilah Progressive Equilibrium (Ekuilibrium Progresif) untuk mendeskripsikan fakta bahwa keseimbangan atau organisasi akan optimal dalam situasi yang ada dan bahwa situasi itu akan selalu berubah-ubah.

5. Pendapat Piaget Tentang Pendidikan

Menurut Piaget, pengalaman pendidikan harus dibangun diseputar struktur kognitif pembelajar. Anak-anak berusia sama dan dari kultur yang sama cendrung memiliki struktur kognitif yang sama, tetapi adalah mungkin bagi mereka untuk memiliki struktur kognitif yang berbeda dan karenanya membutuhkan jenis materi belajar yang berbeda pula. Disatu sisi, materi pendidikan yang tidak bisa diasimilasikan ke struktur kognitif anak tidak akan bermakna bagi si anak.

jika, disisi lain, materi bisa diasimilasi secara komplet, tidak akan ada proses belajar yang terjadi. Agar belajar terjadi, materi perlu sebagian sudah diketahui dan sebagian belum. Bagian sudah diketahui akan diasimilasi, dan bagian yang belum diketahui akan menimbulkan modifikasi dalam struktur kognitif anak. Modifikasi ini tersebut akomodasi, yang dapat disamakan dengan belajar.

Jadi, menurut Piaget, pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar, sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual. Untuk menciptakan jenis pengalaman ini, guru harus tahu level fungsi struktur kognitif siswa.

Maka kita melihat, baik itu Piaget (wakil dari kognitif) maupun kaum behavioris, telah mendapat kesimpulan yang sama mengenai pendidikan: yakni, pendidikan harus diindividualisasikan. Piaget mendapatkan kesimpulan ini dengan menyadari bahwa kemampuan untuk mengasimilasi akan bervariasi dari satu anak ke anak yang lain dan bahwa materi pendidikan harus disesuaikan dengan struktur kognitif anak. Behavioris mencapai kesimpulannya dengan menyadari bahwa penguatan haruslah kontingen (bergantung) pada prilaku yang tepat, dan penyaluran penguat yang tepat membutuhkan hubungan tatap muka antara orang guru dan satu murid atau antara murid dan materi pendidikan.

C. PENUTUP

Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal mereka dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya keajadian yang dapat diasimilasikan keskemata itulah yang dapat direspon oleh si anak dan arena kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi.

Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus diakomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkin perkembangan terus menerus. Tetapi ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik dimana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan maupun secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.

Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak dari kebutuhan untuk berhadapan langsung dengan lingkugan karena dalam hal ini anak sudah mampu melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan yang diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks untuk menangani lingkungan, dan mereka karenanya mampu melakukan tindakan intelektual yang lebih kompleks. Karena struktur kognitif mereka lebih terartikulasikan, demikian pula lingkungan fisik mereka; jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif mereka mengkonstruksi lingkungan fisik.

Perlu diingat bahwa istilah intelligent (cerdas) dipakai oleh Piaget mendeskripsikan semua aktivitas adaptif. Jadi, perilaku anak yang memegang mainan adalah sama cerdasnya dengan prilaku anak yang lebih tua dalam memecahkan problem. Perbedaannya adalah dalam struktur kognitif yang tersedia bagi setiap anak. Menurut Piaget, tindakan yang cerdas selalu cenderung menciptakan keseimbangan antara organisme dengan lingkungannya dalam situasi saat itu. Dorongan ke arah seimbangan ini dinamakan ekuilibrasi. Meskipun perkembangan intelektual adalah berkelanjutan selama masa kanak-kanak, Piaget memilih untuk menyusun tahap perkembangan intelektual.

Dia mendeskripsikan empat tahap utama dalam Teori Belajar Jean Piager : (1) sensorimotor, dimana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra-operasional, dimana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasi konkret, dimana anak menggunakan tindakan yang telah diinteriorisasikan atau pemikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; dan (4) operasi formal, dimana anka dapat memikirkan situasi hipotesis secara penuh. Teori Piaget memberi efek signifikan pada praktek pendidikan. Banyak pendidik berusaha untuk merumuskan kebijakan spesifik berdasarkan teori Piaget. Yang lainnya berusaha mengembangkan tes kecerdasan berdasarkan teorinya.

DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R. dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning (Terjemahan), Jakarta: Kencana, 2010. Dr. C. George Boeree

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://webspace.ship.edu/cgboer/Piaget.html

Personality theories JEAN PIAGET Jean Piaget 1896 – 1980 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius, 2001.

http://www.scribd.com/doc/24264263/Makalah-Jean-Piaget http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *